MATERI 5. MENYUSUN RUBRIK PENILAIAN ASPEK AFEKTIF, DAN PSIKOMOTOR
Pengertian Ranah Penilaian Afektif,
Ciri-ciri, dan Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Afektif
1. Pengertian
Ranah Penilaian Afektif
Ranah
afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.
Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya
bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri
hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah
laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam,
kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya
yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di
terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam
dan sebagainya.
Ranah
afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving (2) responding (3) valuing (4) organization (5)characterization
by evalue or calue complex
Receiving
atau attending (= menerima atua memperhatikan), adalah kepekaan seseorang
dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam
bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini
misalnya adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol
dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving
atau attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk
memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik
dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan
kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau meng-identifikasikan
diri dengan nilai itu. Contah hasil belajar afektif jenjang receiving ,
misalnya: peserta didik bahwa disiplin wajib di tegakkan, sifat malas dan tidak
di siplin harus disingkirkan jauh-jauh.
Responding (= menanggapi) mengandung
arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan
yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam
fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini
lebih tinggi daripada jenjang receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif
responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih
jauh atau menggeli lebih dalam lagi, ajaran-ajaran Islam tentang kedisiplinan.
Valuing (menilai=menghargai).
Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau memberikan penghargaan
terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak
dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah
merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan
responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini
tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan
untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran
yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”,
maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai
itu mulai di camkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai
tersebut telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil belajar efektif jenjang
valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peseta didik untuk
berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun di tengah-tengah kehidupan
masyarakat.
Organization (=mengatur atau mengorganisasikan),
artinya memper-temukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang
universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan
merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk
didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai lain., pemantapan dan
perioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh nilai efektif jenjang
organization adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional yang
telah dicanangkan oleh bapak presiden Soeharto pada peringatan hari kemerdekaan
nasional tahun 1995.
Characterization
by evalue or calue complex (=karakterisasi dengan suatu nilai atau
komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh
seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini
proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalal suatu hirarki
nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah
mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkat efektif tertinggi, karena
sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki
phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah
memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu
yang lama, sehingga membentu karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya
menetap, konsisten dan dapat diramalkan. Contoh hasil belajar afektif pada
jenjang ini adalah siswa telah memiliki kebulatan sikap wujudnya peserta didik
menjadikan perintah Allah SWT yang tertera di Al-Quran menyangkut disiplinan,
baik kedisiplinan sekolah, dirumah maupun ditengah-tengan kehidupan masyarakat.
Ranah
afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah
afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima (memperhatikan), Merespon,
Menghargai, Mengorganisasi, dan Karakteristik suatu nilai.
Skala
yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan
suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni
mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya
adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni
kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan
pengetahuan seseorang tentang objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan
dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan
dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu,
sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu.
Skala
sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah
pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh
sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori, yakni
pernyataan positif dan pernyataan negatif.
Salah
satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam skala Likert,
pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif,
dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak
setuju, sangat tidak setuju.
2. Ciri-ciri
Ranah Penilaian Afektif
Pemikiran
atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah
afektif (Andersen, 1981:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi
seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang
termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas
menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat
dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang
kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah
perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang
menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk.
Misalnya
senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila
intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik afektif
berada dalam suatu skala yang kontinum. Target mengacu pada objek, aktivitas,
atau ide sebagai arah dari perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik
afektif yang ditinjau, ada beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin
bereaksi terhadap sekolah, matematika, situasi sosial, atau pembelajaran. Tiap
unsur ini bisa merupakan target dari kecemasan. Kadang-kadang target ini
diketahui oleh seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui. Seringkali
peserta didik merasa cemas bila menghadapi tes di kelas. Peserta didik tersebut
cenderung sadar bahwa target kecemasannya adalah tes.
Ada
5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya, yaitu sikap,
minat, konsep diri, nilai, dan moral.
1) Sikap
Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak
secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui
cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan
serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses
pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap
sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap
peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan
sebagainya.
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu
predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap
suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek
misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran. Sikap peserta
didik ini penting untuk ditingkatkan (Popham, 1999). Sikap peserta didik
terhadap mata pelajaran, misalnya bahasa Inggris, harus lebih positif setelah
peserta didik mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dibanding sebelum mengikuti
pembelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan
pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus
membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang
membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.
2) Minat
Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang
terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek
khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau
pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583), minat
atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal
penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk
karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.
Penilaian
minat dapat digunakan untuk:
· mengetahui
minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran,
· mengetahui
bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,
· pertimbangan
penjurusan dan pelayanan individual peserta didik,
· menggambarkan
keadaan langsung di lapangan/kelas.
3) Konsep Diri
Menurut
Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan
dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada
dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang
tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau
negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu
mulai dari rendah sampai tinggi.
Konsep
diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan
mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir
yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi
sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat.
Penilaian
konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian
diri adalah sebagai berikut:
· Pendidik
mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik.
· Peserta
didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai.
· Pernyataan
yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.
· Memberikan
motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik.
· Peserta
didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
4) Nilai
Nilai
menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan,
atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya
dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar
objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.
Target
nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti
sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya
intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan
nilai yang diacu.
Definisi
lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah suatu
objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan
minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai
suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting
minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu
peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi
peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi
positif terhadap masyarakat.
5) Moral
Piaget
dan Kohlberg banyak membahas tentang per-kembangan moral anak. Namun Kohlberg
mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan
tindakan moral. Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran
respon verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana
sesungguhnya seseorang bertindak.
Moral
berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau
perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang
lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis.
Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan
akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip,
nilai, dan keyakinan seseorang.
Ranah
afektif lain yang penting adalah:
· Kejujuran:
peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam berinteraksi dengan
orang lain.
· Integritas:
peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya moral dan
artistik.
· Adil:
peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama
dalam memperoleh pendidikan.
· Kebebasan:
peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi kebebasan yang
bertanggung jawab secara maksimal kepada semua orang.
Tabel
Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek Afektif
Tingkat
|
Contoh
kegiatan pembelajaran
|
Penerimaan
(Receiving)
|
Arti
: Kepekaan (keinginan menerima/memperhatikan) terhadap fenomena/stimult
menunjukkan perhatian terkontrol dan terseleksi
Contoh
kegiatan belajar :
- sering
mendengarkan musik
–
senang membaca puisi
–
senang mengerjakan soal matematik
–
ingin menonton sesuatu
–
senang menyanyikan lagu
|
Responsi
(Responding)
|
Arti
: menunjukkan perhatian aktif melakukan sesuatu dengan/tentang fenomena
setuju, ingin, puas meresponsi (mendengar)
Contoh
kegiatan belajar :
- mentaati
aturan
- mengerjakan
tugas
- mengungkapkan perasaan
- menanggapi
pendapat
- meminta maaf atas kesalahan
- mendamaikan orang yang bertengkar
- menunjukkan
empati
- menulis
puisi
- melakukan
renungan
- melakukan
introspeksi
|
Acuan
Nilai
(
Valuing)
|
Arti
: Menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung nilai, termotivasi
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang pasti
Tingkatan
: menerima, lebih menyukai, dan menunjukkan komitmen terhadap suatu nilai
Contoh
Kegiatan Belajar :
· mengapresiasi seni
· menghargai peran
· menunjukkan perhatian
· menunjukkan alasan
· mengoleksi kaset lagu, novel, atau barang
antik
· menunjukkan simpati kepada korban
pelanggaran HAM
· menjelaskan alasan senang membaca novel
|
Organisasi
|
Arti
: mengorganisasi nilai-nilai yang relevan ke dalam suatu sistem menentukan
saling hubungan antar nilai memantapkan suatu nilai yang dominan dan diterima
di mana-mana memantapkan suatu nilaimyang dominan dan diterima di mana2
Tingkatan
: konseptualisasi suatu nilai, organisasi suatu sistem nilai
Contoh
kegiatan belajar :
· rajin, tepat waktu
· berdisiplin diri mandiri dalam
bekerja secara independen
· objektif dalam memecahkan masalah
· mempertahankan pola hidup sehat
· menilai masih pada fasilitas umum dan
mengajukan saran perbaikan
· menyarankan pemecahan masalah HAM
· menilai kebiasaan konsumsi
· mendiskusikan cara-cara menyelesaikan
konflik antar- teman
|
2. Contoh
Pengukuran Ranah Penilaian Afektif
Kompetensi
siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan
minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan
melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan
dengan pengisian angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru terhadap
afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.
Ranah
afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah
afektif kemampuan yang diukur adalah:
Menerima
(memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran,
kerelaan, mengarahkan perhatian
Merespon,
meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa
puas dalam merespon, mematuhi peraturan
Menghargai,
meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap
nilai
Mengorganisasi,
meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak,
mengorganisasi sistem suatu nilai
Karakteristik
suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan sistem nilai yang dianutnya. Contohnya
mengamati tingkah laku siswa selama mengikuti proses belajar mengajar
berlangsung.
Skala
yang sering digunakan dalam instrumen (alat) penilaian afektif adalah Skala
Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.
Contoh
Skala Thurstone: Minat terhadap pelajaran kimia
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
|
Saya
senang balajar kimia
|
|||||||
Pelajaran
kimia bermanfaat
|
|||||||
Pelajaran
kimia membosankan
|
|||||||
Dst….
|
Contoh
Skala Likert: Minat terhadap pelajaran kimia
1.
Pelajaran kimia bermanfaat
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
1.
Pelajaran kimia sulit
|
||||
1.
Tidak semua harus belajar
|
||||
1.
Sekolah saya menyenangkan
|
Keterangan:
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju
Contoh Lembar Penilaian Diri Siswa
Minat Membaca
Nama Pembelajar:_____________________________
No
|
Deskripsi
|
Ya/Tidak
|
1
|
Saya
lebih suka membaca dibandingkan dengan melakukan hal-hal lain
|
|
2
|
Banyak
yang dapat saya ambil hikmah dari buku yang saya baca
|
|
3
|
Saya
lebih banyak membaca untuk waktu luang saya
|
|
4
|
Dst…………..
|
Pengertian Ranah Penilaian Psikomotorik, Ciri-ciri, dan
Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Psikomotorik
1. Pengertian Ranah Penilaian Psikomotor
Ranah
psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya
lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah
psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar
psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak
individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari
hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang
baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Hasi belajar
kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor
apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai
dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif dengan
materi kedisiplinan menurut agama Islam sebagaimana telah dikemukakan pada
pembiraan terdahulu, maka wujud nyata dari hasil psikomotor yang
merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif afektif itu adalah;
1) peserta didik
bertanya kepada guru pendidikan agama Islam tentang contoh-contoh kedisiplinan
yang telah ditunjukkan oleh Rosulullah SAW, para sahabat, para ulama dan
lain-lain;
2) peseta didik
mencari dan membaca buku-buku, majalah-majalah atau brosur-brosur, surat kabar
dan lain-lain yang membahas tentang kedisiplinan
3) peserta didik dapat
memberikan penejelasan kepada teman-teman sekelasnya di sekolah, atau kepada
adik-adiknya di rumah atau kepada anggota masyarakat lainnya, tentang
kedisiplinan diterapkan, baik di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah
kehidupan masyarakat;
4) peserta didik
menganjurkan kepada teman-teman sekolah atau adik-adiknya, agar berlaku
disiplin baik di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat
5) peserta didik
dapat memberikan contoh-contoh kedisiplinan di sekolah, seperti datang ke
sekolah sebelum pelajaran di mulai, tertib dalam mengenakan seragam sekolah,
tertib dan tenag dalam mengikuti pelajaran, di siplin dalam mengikuti tata
tertib yang telah ditentukan oleh sekolah, dan lain-lain
6) peserta didik dapat
memberikan contoh kedisiplinan di rumah, seperti disiplin dalam belajar,
disiplin dalam mennjalannkan ibadah shalat, ibadah puasa, di siplin dalam
menjaga kebersihan rumah, pekarangan, saluran air, dan lain-lain
7) peserta didik dapat
memberikan contoh kedisiplinan di tengah-tengah kehidupan masyarakat, seperti
menaati rambu-rambu lalu lintas, tidak kebut-kebutan, dengan suka rela mau
antri waktu membeli karcis, dan lain-lain.
8) peserta didik
mengamalkan dengan konsekuen kedisiplinan dalam belajar, kedisiplinan dalam
beribadah, kedisiplinan dalam menaati peraturan lalu lintas, dan sebagainya.
2. Ciri-ciri Ranah Penilaian Psikomotor
Ranah
psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui
keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah
psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis,
memukul, melompat dan lain sebagainya.
Tabel
Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek
Psikomotorik
Tingkat
|
Deskripsi
|
I.
Gerakan Refleks
|
Arti:
gerakan refleks adalah basis semua perilaku bergerak, respons terhadap
stimulus tanpa sadar.
Misalnya:melompat,menunduk,berjalan,menggerakkan
leher dan kepala, menggenggam, memegang
Contoh
kegiatan belajar:
–
mengupas mangga dengan pisau
–
memotong dahan bunga
–
menampilkan ekspresi yang berbeda
–
meniru gerakan polisi lalulintas, juru parkir
–
meniru gerakan daun berbagai tumbuhan yang diterpa angin
|
II
Gerakan dasar (basic fundamental movements)
|
Arti:
gerakan ini muncul tanpa latihan tapi dapat Diperhalus melalui praktik
gerakan ini terpola dan dapat ditebak
Contoh
kegiatan belajar:
· Contoh gerakan tak berpindah: bergoyang,
membungkuk, merentang, mendorong, menarik, memeluk, berputar
· Contoh gerakan berpindah: merangkak,
maju perlahan-lahan, muluncur, berjalan, berlari, meloncat-loncat, berputar
mengitari, memanjat.
· Contoh gerakan manipulasi: menyusun
balok/blok, menggunting, menggambar dengan krayon, memegang dan melepas
objek, blok atau mainan.
· Keterampilan gerak tangan dan jari-jari:
memainkan bola, menggambar.
|
III.GerakanPersepsi
(Perceptualobilities)
|
Arti
: Gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu kemampuan perseptual
Contoh
kegiatan belajar:
¨
menangkap bola, mendrible bola
¨ melompat dari satu petak ke petak lain dengan 1 kali sambil menjaga
keseimbangan
¨ memilih satu objek kecil dari sekelompok objek yang ukurannya bervariasi
¨
membaca melihat terbangnya bola pingpong
¨
melihat gerakan pendulun menggambar simbol geometri
¨
menulis alfabet
¨
mengulangi pola gerak tarian
¨
memukul bola tenis, pingpong
¨
membedakan bunyi beragam alat musik
¨
membedakan suara berbagai binatang
¨
mengulangi ritme lagu yang pernah didengar
¨
membedakan berbagai tekstur dengan meraba
|
IV.Gerakan
Kemampuanfisik (Psycal abilities)
|
Arti:
gerak lebih efisien, berkembang melalui kematangan dan belajar
Contoh
kegiatan belajar:
- menggerakkan
otot/sekelompok otot selama waktu tertentu berlari jauh
- mengangkat
beban
- menarik-mendorong
- melakukan
push-up
- kegiatan
memperkuat lengan, kaki dan perut
- menari
- melakukan
senam
- melakukan
gerakan pesenam, pemain biola, pemain bola
|
V.
gerakan terampil (Skilledmovements)
|
Arti:
dapat mengontrol berbagai tingkat gerak – terampil, tangkas, cekatan
melakukan gerakan yang sulit dan rumit (kompleks)
Contoh
kegiatan belajar:
· melakukan gerakan terampil berbagai cabang
olahraga
· menari, berdansa
· membuat kerajinan tangan
· menggergaji
· mengetik
· bermain piano
· memanah
· skating
· melakukan gerak akrobatik
· melakukan koprol yang sulit
|
VI.
Gerakan indah dan kreatif
(Non-discursive
communicatio)
|
Arti:
mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan
- gerak estetik: gerakan-gerakan terampil yang efisien dan indah
- gerakan kreatif: gerakan-gerakan pada tingkat tertinggi untuk
mengkomunikasikan peran
Contoh
kegiatan belajar:
- kerja seni yang bermutu (membuat patung, melukis, menari baletr
- melakukan
senam tingkat tinggi
- bermain
drama (acting)
- keterampilan
olahraga tingkat tinggi
|
3. Contoh
Pengukuran Ranah Penilaian Psikomotor
Ada
beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor. Ryan
(1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui (1)
pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran
praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan
memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan,
dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam
lingkungan kerjanya.
Sementara
itu Leighbody (1968) berpendapat bahwa penilaian hasil belajar psikomotor
mencakup: (1) kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja, (2) kemampuan
menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan, (3) kecepatan
mengerjakan tugas, (4) kemampuan membaca gambar dan atau simbol, (5) keserasian
bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan.
Dari
penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam penilaian hasil belajar
psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan produk.
Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta
didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes
peserta didik.
Penilaian
psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi atau
pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang
dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses
belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik,
kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan
penggunaan alins ketika belajar.
Observasi
dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung. Pengamat terlebih dahulu
harus menetapkan kisi-kisi tingkah laku apa yang hendak diobservasinya,
lalu dibuat pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi. Pengisian hasil
observasi dalam pedoman yang dibuat sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam
bentuk uraian mengenai tingkah laku yang tampak untuk
diobservasi, bisa pula dalam bentuk memberi tanda cek (√) pada kolom jawaban
hasil observasi.
Tes
untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau
kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes
tersebut dapat berupa tes paper and pencil, tes
identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja.
· Tes
simulasi
Kegiatan
psikomotorik yang dilakukan melalui tes
ini, jika tidak ada alat
yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta
didik, sehingga peserta didik dapat dinilai tentang penguasaan keterampilan
dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan
suatu alat yang sebenarnya.
· Tes
unjuk kerja (work sample)
Kegiatan
psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan dengan
sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah
menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. Misalnya dalam melakukan praktik
pengaturan lalu lintas lalu lintas di lapangan yang sebenarnya
Tes
simulasi dan tes unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan observasi
langsung ketika peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi
dapat menggunakan daftar cek (check-list) ataupun
skala penilaian (rating scale). Psikomotorik yang diukur
dapat menggunakan alat ukur berupa skala penilaian terentang dari sangat
baik, baik, kurang, kurang, dan tidak baik.
Dengan
kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor
adalah praktik di aula/lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam
kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah kognitif dan afektifnya, namun
hanya sedikit bila dibandingkan dengan ranah psikomotor. Pengukuran hasil
belajar ranah psikomotor menggunakan tes unjuk kerja atau lembar tugas.
Contohnya
kemampuan psikomotor yang dibina dalam belajar matematika misalnya berkaitan
dengan kemampuan mengukur (dengan satuan tertentu, baik satuan baku maupun
tidak baku), menggambar bentuk-bentuk geometri (bangun datar, bangun ruang,
garis, sudut,dll) atau tanpa alat. Contoh lainnya, siswa dibina kompetensinya menyangkut
kemampuan melukis jaring-jaring kubus. Kemampuan dalam melukis jaring-jaring
kubus secara psikomotor dapat dilihat dari gerak tangan siswa dalam menggunakan
peralatan (jangka dan penggaris) saat melukis. Secara teknis penilaian ranah
psikomotor dapat dilakukan dengan pengamatan (perlu lembar pengamatan) dan tes
perbuatan.
Dalam
ranah psikomotorik yang diukur meliputi (1) gerak refleks, (2) gerak dasar
fundamen, (3) keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi
visual, diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual
yang terkoordinasi, (4) keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6)
komunikasi non diskusi (tanpa bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan
ekspresif, gerakan interprestatif.
Lembar
observasi
Beri
Tanda (√)
Nama
Siswa
|
Mengerjakan
Tugas (On-Task)
|
Tidak
Mengerjakan Tugas (Off-Task)
|
Catatan
Guru
|
Damar
|
|||
Ayu
|
|||
Dst…..
|
Tabel
Instrumen (alat) Asesmen Kinerja (unjuk kerja) Berpidato dengannumerical
Rating Scale
Nama
: …………………………………………….
Kelas
: …………………………………………….
|
|||||
Petunjuk:
Berilah
skor untuk setiap aspek kinerja yang sesuai dengan ketentuan berikut:
(4)
bila aspek tersebut dilakukan dengan benar dan cepat
(3)
bila aspek tersebut dilakaukan dengan benar tapi lama
(2)
bila aspek tersebut dilakukan selesai tetapi salah
(1)
bila dilakukan tapi tidak selesai
(
0 = tidak ada usaha)
|
|||||
No
|
Aspek
yang dinilai
|
Skor
|
|||
4
|
3
|
2
|
1
|
||
1.
|
Berdiri
tegak menghadap penonton
|
||||
2.
|
Mengubah
ekspresi wjah sesuai dengan pernyataan
|
||||
3.
|
Berbicara
dengan kata-kata yang jelas
|
||||
4.
|
Tidak
mengulang-ulang pernyataan
|
||||
5.
|
Berbicara
cukup keras untuk didengar penonton
|
Permasalahan :
1. Secara teknis penilaian
ranah afektif dilakukan melalui dua hal yaitu laporan dan pengamatan. Menurut
anda adakah solusi lain untuk teknik penilaian ranah afektif?
2. Menurut pendapat anda
seberapa pentingkah penilaian psikomotorik dalam pembelajaran kimia?
Menurut pendapat anda seberapa pentingkah penilaian psikomotorik dalam pembelajaran kimia?
BalasHapusKegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor adalah praktik di aula/lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan praktikikum juga ada ranah kognitif dan afektifnya, namun hanya sedikit bila dibandingkan dengan ranah psikomotor. Jadi penilaian psikomotorik dalam hal Kegiatan-kegiatan praktikum tersebut sangat penitng karna nantinya bertujuan untuk menghasilkan tenaga kerja yang kreatif dan terampil dalam memanfaatkan segala sesuatu yang berpotensi dalam diri dan lingkungan sekitarnya.
sependapat dengan rini, bahwa penilaian psikomotor Ini digunakan untuk siswa mendaptkan keterampilan dalam mengolah hal-hal yang bersifat kimia
HapusMenurut saya sangat penting. Karena kimia ini merupakan materi yg bersifat eksak dan salah satu ciri ciri siswa sains. Karena siswa sains ini memliki keterampilan dasar. Yaitu observasi komunikasi klasifikasi pengukuran menyimpulkan dan memprediksi. Nah itu adlaah keterampilan. Jdi sini penilaian psikomotor penting dlam oembelajaran kimia.
HapusSecara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal yaitu laporan dan pengamatan. Menurut anda adakah solusi lain untuk teknik penilaian ranah afektif?
BalasHapus.
Kita harus mengkaji dulu apa pengertian penilaian afektif, penilaian afektif merupakan penilaian sikap. Dalam kaitan untuk mengetahui sejauh mana sikap siswa terhadap suatu mata pelajaran atau materi pelajaran. Karakteristik Ranah Afektif meliputi : Sikap, Minat, Nilai,Moral, dan Konsep diri. Menurut saya instrumen yang sesuai dalam mengukur aspek sikap adalah melalui pengamatan, laporan dari diri siswa, laporan antar teman, jurnal pengamatan. Karena kalau tidak melalui pengamatan dan laporan siswa maka akan sulit kita menilai kepribadian orang lain. Maka menurut saya, penilaian dari segi laporan dan pengamatan sudah sangat menggambarkan sikap siswa.
saya sependapat dengan fanny
HapusSecara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal yaitu laporan dan pengamatan. Menurut anda adakah solusi lain untuk teknik penilaian ranah afektif?
Bahwa kita harus tahu karakteristik ranah Afektif meliputi : Sikap, Minat, Nilai,Moral, dan Konsep diri sehingga instrumen yang sesuai dalam mengukur aspek sikap adalah melalui pengamatan, laporan dari diri siswa, laporan antar teman, jurnal pengamatan. Karena kalau tidak melalui pengamatan dan laporan siswa maka akan sulit kita menilai kepribadian orang lain sehingga penilaian dari segi laporan dan pengamatan sudah sangat menggambarkan sikap peserta didik.
saya kurang sependapat dengan saudari fanny. aspek afektif meliputi sikap, minat, nilai moral dan konsep diri. tentu hal yang ini menyangkut apa yang dilihat dan apa yang dirasa. menurut saya apa yang ditulis tidak akan sama dengan apa yang dipraktekkan langsung. jadi penilaian afektif lebih bagus dilakukan dengan pengamatan langsung.
HapusMenurut pendapat anda seberapa pentingkah penilaian psikomotorik dalam pembelajaran kimia?
BalasHapusmenurut saya sangat penting karena penilaian psikomotor tersebut dapat menambah wawasan terhadap pengalaman mereka serta belajar lebih bermakna dengan mereka menerapkannya secara langsung
sependapat dengan tri penilaian psikomotor sangat penting dalam pembelajaran kimia karena sebagaimana kita ketahui bahwa karakteristik dari pemebaljaran kimia ini sangat didukung dengan pengalaman dalam melakuakn dan membuktikan teori yang ada melalui kegiatan praktikum sehingga pembelajaran pun akan lebih bermakna bagi siswa, dengan adanya praktikum ini tentu penialai psikomotor siswa akan sangat penting untuk dinilai
HapusMenurut pendapat anda seberapa pentingkah penilaian psikomotorik dalam pembelajaran kimia?
BalasHapusmenurut saya sangat penting, mengingat ada KI dan KD 4 yang diwajibkan menilai keterampilan psikomotor siswa dan memang sebaiknya setiap maetri kimia apalagi yang abstra sebaiknya ada penilaian psikomotor agar kita bisa mengetahui juga apakah materi yang ditangkap oleh siswa biasa atau tidak
Menurut pendapat anda seberapa pentingkah penilaian psikomotorik dalam pembelajaran kimia?
HapusSya sependapat dengan kak melda,
Yaitu "sangat penting, mengingat ada KI 4 dan KD 4 yang diwajibkan menilai keterampilan psikomotor siswa dan memang sebaiknya setiap maetri kimia apalagi yang abstra sebaiknya ada penilaian psikomotor agar kita bisa mengetahui juga apakah materi yang ditangkap oleh siswa biasa atau tidak"(memng telah mereka pahami atw belum)
saya akan menjawab pertanyaan pertama Penilaian ranah afektif paa dasarnya tidak cocok jika diukur dengan teknik tes karena aspek yang diukur terkait dengan sikap dan nilai-nilai. Teknik penilaian yang cocok adalah dengan non tes. Ada beberapa bentuk teknik penilaian non tes yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian ranah afektif, antara lain teknik observasi, penilaian diri, panilaian antar teman, jurnal. Selain itu juga ada skala minat, skala sikap, wawancara, questioner.
BalasHapussebenarnya tergantung dengan gurunya, jika guru dirasa perlu menilai dengan cara lain/berbeda dari sebelumnya , guru bisa melakukan penilaian melalui skala minat, skala sikap, wawancara, questioner. namun saya rasa itu tidak akan seobjektif hasil observasi, karena dengan melakukan observasi sebenarnya guru bisa melakukan triangulasi data yang didapat yakni baik dari self assessment, peer assessment, dan data hasil observasi guru itu sendiri.
Sependapat dengan Rini bahwa ranah afektif paa dasarnya tidak cocok jika diukur dengan teknik tes karena aspek yang diukur terkait dengan sikap dan nilai-nilai. Teknik penilaian yang cocok adalah dengan non tes. Ada beberapa bentuk teknik penilaian non tes yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian ranah afektif, antara lain teknik observasi, penilaian diri, panilaian antar teman, jurnal. Selain itu juga ada skala minat, skala sikap, wawancara, questioner.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMenurut pendapat anda seberapa pentingkah penilaian psikomotorik dalam pembelajaran kimia ?
BalasHapusPerimaan hasil belajar siswa merupakan moment yang ditunggu tunggu oleh orang tua wali siswa. Para orang tua sangat semangat menantikan hal ini, sebab mereka akan mengetahui apakah anaknya mendapatkan nilai yang bagus dikelas atau malah sebaliknya. Mereka mempunyai harapan anaknya mendapatkan peringkat di kelas dan menjadi kebanggannya. Para orang tua juga antusias sekali dalam moment ini, hal ini dikarenakan mereka bisa berkonsultasi langsung dengan guru anaknya disekolah terkait perkembangan putra putrinya. Mereka akan menjelaskan bagaimana anandanya ketika dirumah dan bagaimana solusinya untuk anak tersebut. Guru pun dengan senang hati memberikan masukan yang positif bagi orang tua supaya terintegrasi pendidikan di sekolah dengan dirumah.
Penilaian hasil belajar memanglah penting dalam institusi pendidikan, karena dengan hasil menjadikan tolak ukur keberhasilan guru dan sekolah untuk senantiasa mengembangkan pendidikan di Indonesia. Namun sangat disayangkan penilaian yang diutamakan adalah penilaian yang berbasis angka (cognitif) dan mengenyampingkan nilai sikap dan perilaku serta keterampilan. Padahal itu tidak kalah pentingnya dengan penilaian kognitif, sebab apalah artinya orang mempunyai nilai yang tinggi diatas rata rata tetapi mempunyai sikap dan perilaku yang menunjukkan rendahnya nilai tersebut. Apalah arti angka tinggi tetapi keterampilan tidak terasah. Banyak orang yang pintar bahkan genius tetapi saking pintarnya dia mengenyampingkan kepentingan orang lain bahkan tidak peduli dengan orang lain.
Pentingnya nilai psikomotor pada diri manusia dirasa sangat perlu guna membentuk manusia yang cerdas tetapi memiki keterampilan dan sikap yang baik kepada manusia lainnya. Penanaman nilai nilai seperti ini haruslah dimulai sejak dini, karena nilai tersebut akan membekas ketika sudah dewasa. Mendidik sejak usia dini ibarat mengukir diatas batu yang mana akan selalu membekas walaupun ditempa oleh air yang deras. Kalau manusia sudah terbekali nilai nilai ini dan kemudian ia bawa ke kehidupan setelahnya maka akan tercipta sebuah negara yang beradab. Semoga negara kita ini mulai menggalakkan penanaman nilai nilai tersebut secara menyeluruh. Dari tulisan ini marilah kita buka pikiran kita terutama para orang tua, guru dan pembaca. Bahwa pendidikan yang seimbang antara kecerdasan, keterampilan dan sikap sangatlah sama penting, sehingga tujuan dari pendidikan bisa tercapai.