MATERI 4 : PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM PEMBELAJARAN KIMIA
Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah
perangkat kemampuan kompleks yang biasa digunakan oleh para ilmuwan dalam
melakukan penyelidikan ilmiah ke dalam rangkaian proses pembelajaran. Menurut
Dahar (1996), keterampilan proses sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk
menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu
pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk
menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh
pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.
KETERAMPILAN PROSES SAINS
·
Mengamati
·
Mengelompokkan
·
Menafsirkan
·
Mempraktekkan
·
Menyimpulkan
·
Memprediksi
Menurut
Dimyati (2009), kelebihan KPS adalah:
·
KPS
dapat memberikan rangsangan ilmu pengetahuan, sehingga siswa dapat memahami
fakta dan konsep ilmu pengetahuan dengan baik
·
Memberikan
kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar
menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Hal ini
menyebabkan siswa menjadi lebih aktif
·
KPS
membuat siswa menjadi belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus
ALASAN PENGGUNAKAN KPS
·
Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi berlangsung semakin cepat
·
Siswa lebih cenderung
memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh yang
konkret
·
Penemuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bersifat relatif (tidak mutlak
100%)
·
Dalam proses belajar
mengajar, pengembangan konsep tidak terlepas dari pengembangan sikap dan nilai
dalam diri
Pelaksanaan Penilaian Keterampilan Proses
Sains
Penilaian merupakan tahapan
penting dalam proses pembelajaran. Penilaian dalam pembelajaran sains dapat
dimaknai sebagai membawa konten, proses sains dan sikap ilmiah secara
bersama-sama. Penilaian dilakukan terutama untuk menilai kemajuan siswa dalam
pencapaian keterampilan proses sains.
Menurut Smith dan Welliver,
pelaksanaan penilaian keterampilan proses dapat dilakukan dalam beberapa
bentuk, diantaranya:
1.
Pretes
dan postes. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa
pada awal tahun sekolah. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan kekuatan dan
kelemahan dari masing-masing siswa dalam keterampilan yang telah
diidentifikasi. Pada akhir tahun sekolah, guru melaksanakan tes kembali untuk
mengetahui perkembangan skor siswa setelah mengikuti pembelajaran sains.
2.
Diagnostik.
Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa pada awal tahun
ajaran. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan pada bagian mana siswa
memerlukan bantuan dengan keterampilan proses. Kemudian guru merencanakan
pelajaran dan kegiatan laboratorium yang dirancang untuk mengatasi kekurangan
siswa.
3.
Penempatan
kelas. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa sebagai
salah satu kriteria dalam penempatan kelas. Misalnya, criteria untuk memasuki
kelas akselerasi, kelas sains atau kelas unggulan.
4.
Pemilihan
kompetisis siswa. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa
sebagai kriteria utama dalam pemilihan siswa yang akan ikut dalam lomba-lomba
sains. Jika siswa memiliki skor tes tinggi, maka dia akan dapat mengikuti lomba
sains dengan baik.
5.
Bimbingan
karir. Biasanya para peneliti melakukan uji coba menggunakan penilaian
keterampilan proses sains untuk mengidentifikasi siswa yang memiliki potensi di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dibina.
Penilaian keterampilan
proses sains dilakukan dengan menggunakan instrumen yang disesuaikan dengan
materi dan tingkat perkembangan siswa atau tingkatan kelas (Rezba, 1999).
Oleh karena itu, penyusunan instrumen penilaian harus direncanakan secara
cermat sebelum digunakan. Menurut Widodo (2009), penyusunan instrumen
untuk penilaian terhadap keterampilan proses siswa dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasikan jenis
keterampilan proses sains yang akan dinilai.
2. Merumuskan indikator untuk
setiap jenis keterampilan proses sains.
3. Menentukan dengan cara
bagaimana keterampilan proses sains tersebut diukur (misalnya apakah tes unjuk
kerja, tes tulis, ataukah tes lisan).
4. Membuat kisi-kisi
instrumen.
5. Mengembangkan instrumen
pengukuran keterampilan proses sains berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Pada
saat ini perlu mempertimbangkan konteks dalam item tes keterampilan proses
sains dan tingkatan keterampilan proses sains (objek tes)
6. Melakukan validasi
instrumen.
7. Melakukan ujicoba terbatas
untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas empiris.
8. Perbaikan butir-butir yang
belum valid.
9. Terapkan sebagai instrumen
penilaian keterampilan proses sains dalam pembelajaran sains.
Pada langkah-langkah
penyusunan instrument di atas, pencarian validitas dan reabilitas empiris
terutama dilakukan untuk penilaian keterampilan proses sains yang beresiko
tinggi. Penilaian yang beresiko tinggi yang dimaksud adalah penilaian dalam
penelitian, penilaian dalam skala besar atau penilaian untuk tujuan tertentu.
Pengukuran terhadap
keterampilan proses siswa, dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen
tertulis. Pelaksanaan pengukuran dapat dilakukan secara tes (paper and
pencil test) dan bukan tes. Penilaian melalui tes dapat dilakukan
dalam bentuk tes tertulis (paper and pencil test). Sedangkan
penilaian melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk observasi atau
pengamatan. Menurut Bajah (2000), penilaian dalam keterampilan proses agak
sulit dilakukan melalui tes tertulis dibandingkan dengan teknik observasi.
Namun demikian, menggunakan kombinasi kedua teknik penilaian tersebut dapat
meningkatkan akurasi penilaian terhadap keterampilan proses sains.
Penilaian keterampilan proses melalui tes tertulis
Penilaian secara tertulis
terhadap keterampilan proses sains dapat dilakukan dalam bentuk essai dan
pilihan ganda . Pertanyaan yang disusun dalam bentuk pertanyaan konvergen
dan pertanyaan divergen. Penilaian dalam bentuk essai memerlukan jawaban
yang berupa pembahasan atau uraian kata-kata. Jawaban yang dituliskan oleh
siswa akan lebih bersifat subjektif, yang berarti menggambarkan pemahaman yang
lebih indiviualistik.
Sebuah contoh konstruksi instrument penilaian
secara tertulis dalam bentuk tes essai, sebagai berikut:
Sebuah percobaan dilakukan
untuk mengetahui pengaruh air terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Setelah
dilakukan pengukuran dalam selama tujuh hari, diperoleh data sebagai berikut:
Hari Ke-
|
Tinggi tanaman (cm)
|
|
Disiram air setiap hari
|
Tidak disiram air
|
|
1
|
5
|
5
|
2
|
7
|
6
|
3
|
8,5
|
6,5
|
4
|
11
|
6,9
|
5
|
12,8
|
7,2
|
6
|
14
|
7,3
|
7
|
15,9
|
7,3
|
Pertanyaan:
1.
Tuliskan
rumusan masalah pada percobaan di atas! (skor 2)
________________________________________________________
1.
Buatlah
kesimpulan berdasarkan data hasil percobaan di atas! (skor 2)
________________________________________________________
Pengukuran keterampilan
proses yang dilakukan melakui tes yang dikontruksi dalam bentuk pertanyaan
pilihan ganda, kemungkinan jawaban atas pertanyaan sudah disiapkan dan biasanya
terdiri atas empat atau lima pilihan. Penilaian yang diperoleh dengan
menggunakan pilihan jawaban dapat memberikan hasil yang lebih obyektif, sebab
jawaban atas masalah yang ada telah ditetapkan. Menurut Arikunto
(2009), penilaian dalam bentuk pilihan ganda, lebih representative mewakili isi
dan luas bahan atau materi. Selain itu, dalam proses pemeriksaan dapat
terhindar dari unsur-unsur subjektivitas. Namun demikian, penggunaan penilaian
model ini, cenderung mengungkapkan daya pengenalan kembali dan banyak memberi
peluang tebakan. Hasil yang diperoleh pun dapat berbeda dengan kondisi siswa
yang sesungguhnya.
Smith dan Welliver telah
mengembangkan instrumen penilaian untuk mengukur keterampilan proses sains bagi
siswa sekolah dasar dan sekolah menengah. Instrumen tes tertulis disusun dalam
bentuk pertanyaan pilihan ganda. Untuk menjawab soal ini, siswa terlibat dalam
pemecahan masalah dan mengharuskan menerapkan keterampilan proses yang tepat
untuk setiap pertanyaan.
Penilaian keterampilan proses melalui bukan
tes
Penilaian melalui
keterampilan proses sains melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk
observasi atau pengamatan. Pengamatan dalam penilaian ini dapat dilakukan
secara langsung maupun tidak langsung. Selama proses kegiatan pembelajaran
sains dilaksanakan, guru dapat melakukan penilaian dengan mengamati perilaku
siswa secara langsung dalam menunjukkan kemampuan keterampilan proses sains
yang dimiliki. Selain itu, hasil-hasil pekerjaan tugas siswa atau produk hasil
belajar siswa juga dapat diamati untuk menilai keterampilan proses siswa secara
integrative.
Menurut Sumiati dan Asra
(2008), Arikunto (2009) dan Widyatiningtyas (2010), penilaian keterampilan
proses dengan melalui bukan tes diperlukan lembar pengamatan yang lebih rinci
untuk menilai perilaku yang diharapkan. Lembar pengamatan ini dapat berupa
rubrik, daftar chek atau skala bertingkat. Menilai siswa dengan menggunakan
rubrik, dapat mendeterminasikan kemampuan siswa berdasarkan kriteria-kriteria yang
ditetapkan. Rubrik penilaian memuat kriteria esensial terhadap tugas atau
standar keterampilan proses sains serta level unjuk kerja yang tepat terhadap
setiap kriteria.
Sebuah contoh rubrik
penilaian untuk mengukur kegiatan percobaan laboratorium dapat disajikan,
sebagai berikut:
Tabel 1. Rubrik Percobaan
Laboratorium
Kriteria
|
Skor
|
|||
4
(sangat baik)
|
3
(baik)
|
2
(cukup)
|
1
(kurang)
|
|
Tujuan percobaan
|
Mengidentifikasi tujuan
dan cirri khusus
|
Mengidentifikasi tujuan
|
Mengidentifikasi sebagian
tujuan
|
Salah mengidentifikasi
tujuan
|
Alat dan Bahan
|
Melist semua alat dan
bahan
|
Melist semua bahan
|
Melist beberapa bahan
|
Salah melist bahan
|
Hypotesis
|
Memprediksi dengan benar
fakta dan membuat hipotesis
|
Memprediksi dengan benar
fakta
|
Memprediksi dengan
beberapa fakta
|
Menebak-nebak
|
Prosedur
|
Melist semua tahap dan
detail-detail khusus
|
Melist semua tahap
|
Melist beberapa tahap
|
Salah melist tahap
|
Hasil
|
Data direkam,
diorganisir, dan digrafiskan
|
Data direkam, diorganisir
|
Data direkam
|
Hasil salah atau tidak
betul
|
Simpulan
|
Tampak memahami konsep
dan membuat hipotesis baru untuk aplikasi pada situasi lain.
|
Tampak memahami konsep
yang telah dipelajari
|
Tampak memahami beberapa
konsep
|
Tidak ada kesimpulan atau
tampak miskonsepsi
|
Sebagaimana pada contoh di
atas, sebuah rubric memuat dua komponen, yaitu kriteria dan level unjuk
kerja (performance). Pada setiap rubrik terdiri atas minimal dua
criteria dan dua level unjuk kerja. Criteria biasanya ditempatkan pada kolom
paling kiri, sedangkan level unjuk kerja ditempatkan pada baris paling atas
dalam tabel rubrik. Untuk memudahkan dalam penggunaannya, level unjuk kerja
terdiri atas level kuantitatif berupa angka (1, 2, 3, dan 4) dan level
kualitatif.
Dalam rubrik biasanya juga
disertai dengan deskriptor. Dekriptor menyatakan harapan kondisi siswa pada
setiap level unjuk kerja untuk setiap criteria. Pada contoh rubrik, dapat
dilihat adanya perbedaan diskriptor antara tujuan kegiatan yang dirumuskan
dengan sangat baik dan tujuan kegiatan yang dirumuskan dengan baik. Pada
descriptor, siswa dapat melihat syarat unjuk kerja untuk mencapai sebuah level
kriteria. Bagi guru, descriptor dapat membantu guru untuk memberikan penilaian
secara konsisten pada hasil kerja siswa.
Dalam implementasinya,
penilaian melalui observasi dengan menggunakan rubrik penilaian memiliki
beberapa keunggulan. Ketika rubrik penilaian ini dikomunikasikan kepada siswa
di awal pembelajaran, ekspektasi terhadap pencapaian level keterampilan proses
dapat diidentifikasikan dan dipahami secara baik oleh siswa. Observasi dapat
menghasilkan penilaian yang konsisten dan obyektif. Selain itu, hasil penilaian
dapat menghasilkan umpan balik (feedback) yang lebih baik.
Hasil penilaian dapat menunjukkan level khusus performans siswa selanjutnya
yang harus dicapai oleh siswa. Dalam hal ini, guru dan siswa dapat mengetahui
secara pasti, area kebutuhan siswa yang perlu pengembangan.
Dengan demikian, perihal
rencana penilaian yang dilakukan untuk mengukur keterampilan proses sains dapat
dikomunikasikan secara pasti kepada siswa sebelum pelaksanaan pembelajaran.
Siswa sebagai subyek pembelajaran dapat menentukan target yang harus dicapai
selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian pun dapat mencapai tujuan
sebagaimana mestinya.
Waktu dan Subjek Penilaian
Selain perihal instrumen
penilaian yang penting dirumuskan sebagai bagian terintegrasi dari rencana
penilaian pembelajaran, waktu dan subyek penilaian juga harus direncanakan.
Pelaksanaan penilaian keterampilan proses sains, dapat dilakukan di awal
pembelajaran sebagai pretes, di akhir pembelajaran sebagai postes, atau selama
pelaksanaan pembelajaran sebagai penilaian proses (on going assessment).
Waktu pelaksanaan penilaian ini bersifat relative, dan sangat ditentukan oleh
aspek keterampilan proses sains yang diukur dan tujuan penilaian itu sendiri.
Jika penilaian dimaksudkan untuk melihat kemajuan perkembangan keterampilan
proses sains yang dicapai siswa selama pembelajaran, maka penilaian dapat
dilakukan dengan cara pretes/postes. Sedangkan penilaian keterampilan proses
yang dimaksudkan untuk mengukur secara langsung detail-detail pencapaian
keterampilan proses sains, maka penilaian dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan lembar observasi atau rubrik penilaian.
Perihal subyek penilaian
dalam keterampilan proses sains juga dapat disesuaikan dengan tujuan penilaian
dilakukan. Pelaksanaan penilaian keterampilan proses sains dapat dilakukan
dalam bentuk tiga arah yaitu penilaian guru, penilaian sebaya dan penilaian
diri. Keterampilan proses sains umumnya dilakukan penilaiannya oleh guru
pengampuh mata pelajaran. Dalam hal ini, penilaian merupakan bagian dari proses
pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh guru. Namun, untuk tujuan tertentu
penilaian keterampilan proses sains dapat melibatkan siswa sebagai subyek
penilaian.
Penilaian yang melibatkan
siswa terhadap siswa lain dapat dilakukan dalam sebuah kelompok. Selama proses
belajar berlansung, siswa bekerja dalam kelompok untuk sebuah percobaan.
Keberadaan siswa dalam kelompok, tentu memiliki peran tersendiri sehingga
masing-masing memberikan konstribusi sebagai tim. Aktivitas siswa selama
bekerja dalam kelompok dan kontribusinya dalam mendukung hasil kerja dapat
dirasakan dan diamati secara persis oleh setiap anggota kelompok. Dalam situasi
ini, penilaian teman sebaya dapat digunakan sebagai data pembanding yang dapat
diekuilibrasikan dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru. penilaian
dengan melibatkan teman kelompok, dapat memberikan efek positif dalam
perkembangan sikap ilmiah siswa. Secara korelasional hal ini diharapkan dapat
meningkatkan peran siswa dalam kelompok sehingga berpengaruh kepada
perkembangan keterampilan proses sains siswa.
Sementara itu, penilaian
keterampilan proses sains yang melibatkan siswa dalam menilai dirinya dapat
digunakan untuk memberikan bahan refleksi langsung bagi siswa. Dalam proses
ini, siswa akan mengevaluasi kemampuan yang telah dicapainya, dan secara
sportif memberikan pengakuan terhadap diri sendiri. Proses ini memiliki dampak
psikologis yang diharapkan dapat memicu motivasi intrinsik siswa untuk terus
mengembangkan keterampilan proses sains yang telah dicapai. Namun demikian,
penilaian keterampilan proses sains yang melibatkan siswa hanya dapat dilakukan
secara sinergis dan optimal jika instrumen penilaian disiapkan dengan kriteria
yang jelas dan telah ditetapkan guru.
Permasalahan :
1. Keterampilan proses sains
mengamati, mengelompokkan, menafsirkan, mempraktekkan, menyimpulkan,
memprediksi. Dari paparan keterampilan proses sains tersebut bagaimana solusi
terbaik untuk penggunaan instrument pengukurannya? Berikan pendapat anda?
2. Menurut anda, pada jenis
materi kimia yang bagaimanakah yang menuntut keterampilan proses sains dalam
proses pembelajarannya?
Penilaian keterampilan proses sains dilakukan dengan menggunakan instrumen yang disesuaikan dengan materi dan tingkat perkembangan siswa atau tingkatan kelas (Rezba, 1999). Oleh karena itu, penyusunan instrumen penilaian harus direncanakan secara cermat sebelum digunakan. Menurut Widodo (2009), penyusunan instrumen untuk penilaian terhadap keterampilan proses siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
BalasHapus1. Mengidentifikasikan jenis keterampilan proses sains yang akan dinilai.
2. Merumuskan indikator untuk setiap jenis keterampilan proses sains.
3. Menentukan dengan cara bagaimana keterampilan proses sains tersebut diukur (misalnya apakah tes unjuk kerja, tes tulis, ataukah tes lisan).
4. Membuat kisi-kisi instrumen.
5. Mengembangkan instrumen pengukuran keterampilan proses sains berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Pada saat ini perlu mempertimbangkan konteks dalam item tes keterampilan proses sains dan tingkatan keterampilan proses sains (objek tes)
6. Melakukan validasi instrumen.
7. Melakukan ujicoba terbatas untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas empiris.
8. Perbaikan butir-butir yang belum valid.
9. Terapkan sebagai instrumen penilaian keterampilan proses sains dalam pembelajaran sains.
Menjawab permasalahn kedua, Menurut Dahar (1996), keterampilan proses sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. Sedangkan aspek nya KETERAMPILAN PROSES SAINS
BalasHapus· Mengamati
· Mengelompokkan
· Menafsirkan
· Mempraktekkan
· Menyimpulkan
· Memprediksi
Dari uraian tersebut saya memprediksi bahwa KPS dituntut atau bisa diterapkan pada materi kimia yang mana menghasilkan suatu proyek atau percobaan. Dimana aspek KPS saja sudah sangat jelas seperti mempraktekan, lalu data yang didapat ditafsirkan di kalkulasikan dan disimpulkan . Dimana dalam satu percobaan selalu diminta untuk menghitung data dari praktik kerja kita dan dikalkulasikan untuk mendapatkan data dan diprediksi apa yang terjadi setelah mendapatkannya.
saya akan mencoba menjawab pertanyaan esa, Menurut anda, pada jenis materi kimia yang bagaimanakah yang menuntut keterampilan proses sains dalam proses pembelajarannya?
BalasHapusmenurut saya materi yang dirasa akan cocok yakni asam basa, sifat koligatif, laju reaksi, koloid dan lain sebagainya yang berbasis konsep terintegrasi, sehingga KPS siswa akan muncul.
setuju dengan kk rini, tambahan faktual dan konseptual sehingga materi yg dipelajari dapat dibawa dalam kehidupan sehari-hari
HapusSetuju dengan pendapat teman2 di atas, bisa disesuaikan dengan fenomena2 yang terjadi dan kehidupan sehari-hari.
Hapussaya akan menjawab pertanyaan dari esa :
BalasHapusMenurut anda, pada jenis materi kimia yang bagaimanakah yang menuntut keterampilan proses sains dalam proses pembelajarannya?
Menurut Dahar (1996), keterampilan proses sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. Sedangkan aspek nya keterampilan proses sains mengamati, mengelompokkan, menafsirkan, mempraktekkan, menyimpulkan, memprediksi.
Penilaian untuk keterampilan proses sains juga dapat dilakukan dalam materi kimia. Syaratnya pembelajaran harus memenuhi sintak dari KPS. Jika KPS yang diajarkan sesuai aspek nya, walau dalam pembelajaran biasa maupun praktikum, sehingga siswa akan memiliki KPS dalam pembelajaran.
menjawab permaslaahan mengenai pada jenis materi kimia yang bagaimanakah yang menuntut keterampilan proses sains dalam proses pembelajarannya?
BalasHapusmenurut saya karakteristik materi kimia umumnya mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana tentang sifat materi yang ada di alam melalui serangkaian proses menggunakan sikap ilmah dan masing-masing akan menghasilkan fakta dan pengetahuan teoritis tentang materi yang kebenarannya dapat dijelaskan dengan logika matematika. untuk materi kimia umumnya dapat dilaksanakan dengan KPS, namun yang paling efektif jika kita ingin melaksanakan KPS ini dilihat dari indikator pada KPS tersebut adalah materi yang bisa dilaksanakan dengan metode praktikum
sependapat dengan fira untuk materi kimia umumnya dapat dilaksanakan dengan KPS, namun yang paling efektif jika kita ingin melaksanakan KPS ini dilihat dari indikator pada KPS tersebut adalah materi yang bisa dilaksanakan dengan metode praktikum. Karena pada dasarnya untuk melaksanakan penilaian KPS yang dimiliki siswa tidak harus selalu melalui pembelajaran berbasis laboratorium/praktikum. Pada proses pembelajaran biasa pun juga dapat dilaksanakan. Karena pengertian penilaian keterampilan saat ini sudah cukup luas dan mampu menjadi tagihan penilaian psikomotorik , tinggal bagaimana kita menyususun indikator yang sesuai.
HapusBALAS
Menurut anda, pada jenis materi kimia yang bagaimanakah yang menuntut keterampilan proses sains dalam proses pembelajarannya?
Hapussemua pembelajaran kimia bisa digunakan KPS namun lebih bisa difokuskan pada materi yang berbasis praktikum. terlebih dahulu sangat perlu diperhatikan indikator-indikator nya. selain itu materi yang berbasis kontekstual dan berorientasi kehidupan sehari-hari juga bisa.
Keterampilan proses sains mengamati, mengelompokkan, menafsirkan, mempraktekkan, menyimpulkan, memprediksi. Dari paparan keterampilan proses sains tersebut bagaimana solusi terbaik untuk penggunaan instrument pengukurannya? Berikan pendapat anda?
BalasHapusmenurut saya menggunakan LO, karna kita dapat menilai semua hal yang dilakukan siswa sesuai dengan indikator yg telah kita buat.
Sependapat dengan bang sugeng instrumen yang bisa di gunakan adalah lembar observasi siswa.
Hapusmateri yang dapat digunakan ialah materi yang sifatnya konseptual karna, banyak konsep-konsep yang bisa direalisasikan dan terlihat KPS siswa
BalasHapusMenurut anda, pada jenis materi kimia yang bagaimanakah yang menuntut keterampilan proses sains dalam proses pembelajarannya?
BalasHapusMenurut saya adalah materi kimia yang bersifat kontekstual agar bisa mengetahui indikor keterampilan proses siwa yang muncul