Inovasi Sintak Model Pembelajaran Learning Cycle 5E dan Dampaknya
Ramadhani (2012) menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu siswa sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Salah satu model pembelajaran inovatif yang mampu memfasilitasi siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri adalah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran siklus belajar 5E (learning cycle 5E). Siklus belajar sebagai strategi pembelajaran pertama kali diperkenalkan pada akhir Tahun 1960-an ketika Robert Karplus dan rekan-rekannya mengimplemen-tasikannya dalam kurikulum sains (Qarareh, 2012).
Model ini didesain khusus untuk Science Curriculum Improvement Study (SCIS) dan memberikan hasil yang baik dalam pengajaran sains/IPA. Pada awalnya model ini terdiri atas tiga fase pembelajaran, yaitu eksploration, invention, dan discovery. Pada Tahun 1980-an, Lawson kemudian memodifikasi istilah-istilah tersebut menjadi exploration, concept introduction, dan concept application. Pada Tahun 1993, the Biological Science Curriculum Study (BSCS) yang dipimpin oleh Rodger Bybee mengembangkan learning cycle yang disebutnya sebagai metode kontruktivisme menjadi model pembelajaran siklus belajar 5E (learning cycle 5E).
Siklus belajar 5E (learning cycle 5E) adalah salah satu model konstruktivis lengkap dalam kasus pembelajaran berbasis riset atau brainstorming yang digunakan di dalam kelas (Campbell dalam Tuna & Kacar, 2013). Learning cycle 5E berpusat pada siswa (student centered) dengan kegiatan yang memberikan dasar untuk observasi, pengumpulan data, analisis tentang kegiatan, peristiwa, dan fenomena. Learning cycle 5E merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif.
Sudojo (dalam Fajaroh & Dasna, 2007) menyatakan bahwa implementasi learning cycle 5E dalam pembelajaran sesuai dengan pandangan kontruktivisme, yakni sebagai berikut:
1. Siswa belajar secara aktif, siswa mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir, pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa.
2. Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa, informasi baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu.
3. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan pemecahan masalah.
Sesuai dengan namanya, model ini memiliki lima fase/tahap yang setiap fasenya dimulai dengan huruf E sebagai berikut :
1) Engagement (engage/keterlibatan) merupakan fase saat guru mencoba memusatkan perhatian siswa dan mengikutsertakan siswa ke dalam sebuah konsep baru dengan cara memberikan pertanyaan motivasi, memberikan gambaran tentang materi yang akan dipelajari, demonstrasi, atau aktivitas lain yang digunakan untuk membuka pengetahuan siswa dan mengembangkan rasa keingintahuan siswa. Pada fase ini guru menggali pengetahuan awal siswa untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pikiran siswa mengenai konsep yang akan dipelajari. Hal terpenting dalam fase ini adalah guru menghindari mendefinisikan dan membuat penjelasan tentang konsep yang akan dibahas.
2) Exploration (eksplore/penjelajahan) merupakan fase kedua yang sering diwujudkan dalam kegiatan laboratorium (praktikum) dan diskusi yang dilakukan secara berkelompok. Fase ini memberikan pengalaman yang nyata bagi siswa. Siswa diajak terlibat secara langsung pada fenomena atau situasi yang mereka selidiki. Siswa saat berada di dalam fase ini merancang dan melakukan eksperimen atau praktikum, melakukan pengujian hipotesis, serta melakukan pengumpulan data/informasi untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Siswa dilibatkan secara fisik dan mental. Sebagai hasil keterlibatan mental dan fisik mereka dalam kegiatan tersebut, para siswa akan mampu membentuk hubungan, mengamati pola, mengidentifikasi variabel, dan bertanya. Guru berperan sebagai fasilitator atau pemandu yang mengarahkan siswa agar mampu mengeksplorasi dan menemukan jawaban atas pertanyaan yang diberikan. Guru hanya harus membimbing siswa, tidak berpartisipasi sepenuhnya kepada karya siswa. Hal terpenting ketika guru membimbing adalah jika melihat kesalahan siswa maka tidak boleh langsung memperbaikinya, tetapi harus memberikan beberapa petunjuk atau menunjukkan beberapa cara agar siswa mengoreksi sendiri. Sementara siswa berinteraksi satu sama lain dan tidak pasif dalam proses ini.
3) Explanation (explain/menjelaskan) merupakan fase saat perhatian siswa difokuskan pada aspek tertentu dari pengalaman mereka pada fase-fase sebelumnya. Siswa diberikan kesempatan untuk menunjukkan pemahaman konsep mereka, keterampilan proses, atau perilaku. Kata explanation berarti tindakan atau proses di mana konsep, proses, atau keterampilan menjadi jelas dan dapat dipahami. Siswa melakukan diskusi kelompok untuk menganalisis data/infor-masi yang dikumpulkan dari kegiatan pada fase sebelumnya. Guru membimbing siswa untuk menyampaikan hasil kegiatan yang telah mereka lakukan dengan menggunakan ide dan kata-kata mereka sendiri, sehingga diharapkan pemahaman konsep muncul dari pengalaman mereka setelah melakukan kegiatan. Guru memberikan definisi formal dan penjelasan ilmiah. Selanjutnya, dengan memberi-kan penjelasan tingkat pengetahuan dasar kepada siswa, guru bila memungkinkan agar membantu siswa untuk menyatukan bersama-sama pengalaman mereka, untuk menjelaskan hasil mereka, dan untuk membentuk konsep-konsep baru. Tujuan tahap ini adalah untuk memperbaiki kesalahan dalam temuan siswa sebelum tahap berikut-nya.
4) Elaboration (elaborate/elaborasi) merupakan fase yang dapat diang-gap sebagai perpanjangan langkah penelitian karena adanya masalah suplemen (penguat). Fase ini memfasilitasi siswa untuk dapat menerapkan konsep yang telah mereka peroleh berdasarkan kegiatan yang telah mereka lakukan ke dalam situasi atau masalah yang baru. Masalah baru tersebut memiliki penyelesaian yang identik atau mirip dengan apa yang dibahas sebelumnya. Siswa menggunakan konsep yang baru dipelajari dalam situasi berbeda atau mengulangi beberapa kali aplikasi yang berhubungan dengan konsep yang dipelajari agar menjadi masukan ke dalam memori jangka panjangnya dan menjadi permanen. Selama fase elaborasi, siswa dapat dilibatkan kembali dalam kegiatan diskusi dan pencarian informasi. Siswa mengiden-tifikasi masalah dan mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan melalui diskusi.
5) Evaluation (evaluate/menilai) merupakan fase saat guru mencari tahu kualitas dan kuantitas ketercapaian pemahaman siswa terhadap topik yang telah mereka pelajari. Fase ini dapat diwujudkan dalam metode formal atau informal. Guru mengajukan pertanyaan dan membuat siswa merespon secara lisan atau tulisan. Selain itu, siswa diminta untuk mengaitkan apa yang telah mereka pelajari dengan situasi di kehidupan nyata. Fase ini adalah fase di mana siswa dapat menunjukkan sikap mereka tentang pembelajaran dan dapat merubah gaya pemikiran mereka atau perilaku. Evaluasi informal dapat terjadi pada awal dan seluruh urutan model siklus belajar 5E. Guru juga dapat menyelesaikan evaluasi formal setelah fase elaborasi. Evaluasi bisa dilakukan secara formatif maupun sumatif dan berfokus pada kemampuan siswa menggunakan informasi yang telah mereka peroleh selama kegiatan pembelajaran.
Evaluasi engagement berkisar pada pra-penilaian. Artinya, mencari tahu apa yang sudah diketahui siswa tentang topik yang akan dibahas dengan mengajukan pertanyaan dan membuat siswa merespon secara lisan atau tulisan. Dalam exploration, evaluasi berfokus pada proses. Artinya, pada proses pengumpulan data oleh siswa, bukan produk dari pengumpulan data. Evaluasi explain berfokus pada seberapa baik siswa dapat menggunakan informasi yang mereka kumpulkan dan apa yang sudah mereka tahu tentang ide-ide baru. Evaluasi elaboration dapat disamakan dengan tes di akhir pelajaran untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terkait konsep yang telah dipelajari.
Kelebihan Model Pembelajaran 5E
Menurut Wibowo (2010), penerapan model siklus belajar mempunyai kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan sebagai berikut:
1. Meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar (siswa) dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran
2. Membantu mengembangkan sikap ilmiah pebelajar
3. Pembelajaran menjadi lebih bermakna
Kekurangan Model Pembelajaran 5E
Adapun kekurangan penerapan model siklus belajar yang harus selalu diantisipasi adalah sebagai berikut:
1. Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran
2. Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran
3. Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi
4. Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.
Secara garis besar peran siswa pada setiap tahapan learning cycle 5E model dapat disajikan pada Gambar :
Peran Siswa pada Setiap Tahapan LC5E
Inovasi sintaks model LC5E
Pada materi : Elektrokimia
NO
|
MODEL
KONVENSIONAL
|
INOVASI
SINTAKS MODEL
|
DAMPAK
DARI INOVASI
|
1
|
Engagement
(Persiapan).
|
Engagement
(Persiapan).
|
|
Pada fase ini guru
mengasses pengetahuan awal (prior
knowledge) siswa.
|
Guru memusatkan
perhatian siswa.
Guru membangkitkan
minat, motivasi, dan keingintahuan siswa mengenai materi yang akan
dipelajari.
Pada fase ini guru mengasses
pengetahuan awal (prior knowledge) siswa.
“Guru menanyakan
tentang materi sebelumnya yaitu tentang reaksi kimia” untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa
|
Berpikir
kritis
Mencari pernyataan yang jelas
dari pertanyaan
|
|
Membantu mereka untuk
tertarik dengan konsep-konsep baru melalui penggunaan kegiatan singkat untuk
memicu rasa ingin tahu.
|
Membantu mereka untuk tertarik dengan
konsep-konsep baru melalui penggunaan kegiatan singkat untuk memicu rasa
ingin tahu.
“kegiatannya yaitu
menayangkan video proses pelapisan besi”
“dengan menanyakan
permasalahan dari video yaitu tentang
-apakah terjadi reaksi
kimia?
-lalu apa hubungan
reaksi kimia dengan materi hari ini?
Kemudian mengorganisasikan pemikiran siswa untuk
mencapai tujuan dari pembelajaran yang akan dilaksanakan.
|
Berpikir
kritis
Mampu mendeteksi
bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda
(Mencari alternative)
|
|
Pemodelan
(Modelling)
|
|||
Mengarahkan siswa membentuk
kelompok kelompok antara 4-5 orang
|
|||
Menampilkan berikan/
mengarahkan siswa untuk memahami LKPD
|
|||
2
|
Exploration
(eksplorasi).
|
Exploration
(eksplorasi).
|
|
Pada fase exploration (eksplorasi)
siswa mempunyai kesempatan melakukan kegiatan di mana konsep yang telah mereka
miliki, miskonsepsi, proses belajar dan keterampilan-keterampilan
diidentifikasi dan perubahan konsepsi difasilitasi.
|
Pada fase exploration (eksplorasi)
siswa mempunyai kesempatan melakukan kegiatan di mana konsep yang telah
mereka miliki, miskonsepsi, proses belajar dan keterampilan-keterampilan
diidentifikasi dan perubahan konsepsi difasilitasi.
Guru membuka sesi tanya
jawab untuk siswa.
|
Berpikir
kritis
Bersikap dan
berpikir terbuka
|
|
Siswa dapat menyelesaikan kegiatan
laboratorium yang akan membantu mereka menggunakan pengetahuan awal untuk
menghasilkan gagasan-gagasan baru, mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan dan
kemungkingan-kemungkinan, dan mendesain dan melaksanakan penyelidikan.
|
Siswa dapat menyelesaikan kegiatan
laboratorium yang akan membantu mereka menggunakan pengetahuan awal untuk
menghasilkan gagasan-gagasan baru, mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan dan
kemungkingan-kemungkinan, dan mendesain dan melaksanakan penyelidikan.
Dengan kegiatan
pratikum yang akan penuntun pratikum siswa terdapat pada LKPD.
|
Berpikir
kritis
Mampu
mengungkap fakta yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu masalah,
Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan
|
|
3
|
Explanation
(penjelasan).
|
Explanation
(penjelasan).
|
|
Fase explanation (penjelasan)
memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek tertentu dari pengalaman belajar
mereka. Siswa menjelaskan pemahaman mereka terhadap konseo-konsep. Penjelasan
dari guru dapat membimbing mereka menuju pemahaman yang lebih mendalam, yang
merupakan bagian terpenting dari fase ini.
|
Fase explanation (penjelasan) memfokuskan
perhatian siswa pada suatu aspek tertentu dari pengalaman belajar mereka.
Siswa menjelaskan pemahaman mereka
terhadap konseo-konsep. Penjelasan dari guru dapat membimbing mereka menuju
pemahaman yang lebih mendalam, yang merupakan bagian terpenting dari fase
ini.
“pada tahap ini siswa
diminta untuk mempersentasekan proses dan juga hasil dari percobaan pratikum
kelompoknya”
|
Dampak
argumentasi
“Claim”
Siswa bersama rekan kelompok mempersentasikan proyek hasil
diskusi yang menjawab permasalahan tadi
“Reasoning”
Siswa mempersentasikan teori yang mendukung pernyataan
persentasi mereka
|
|
4
|
Elaboration
(elaborasi).
|
Elaboration
(elaborasi).
|
|
Pada fase elaboration
(elaborasi) guru menantang dan memperluas pemahaman konseptual dan keterampilan-keterampilan
siswa.
|
Pada fase elaboration
(elaborasi) guru menantang dan memperluas pemahaman konseptual dan keterampilan-keterampilan
siswa.
|
||
Siswa mengaplikasikan
pemahaman mereka tentang konsep-konsep tertentu dengan melakukan
kegiatan-kegiatan tambahan.
|
Siswa mengaplikasikan
pemahaman mereka tentang konsep-konsep tertentu dengan melakukan
kegiatan-kegiatan tambahan.
|
||
5
|
Evaluation (evaluasi).
|
Evaluation (evaluasi).
|
|
Siswa berupaya mengasses
pemahaman dan kemampuan mereka
|
Siswa berupaya mengasses pemahaman
dan kemampuan mereka.
“Guru melakukan umpan
balik dengan memanggil kembali ide-ide, pengetahuan atau keterampilan siswa
yang telah dipelajari. Umpan balik dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa terhadap topik yang telah mereka pelajari”
|
Dampak
argumentasi
“Evidence”
Siswa
mengkaitkan antara pernyataan mereka dan didukung oleh teori dari literature
sehingga jelas hubungannya dan melihat apakah jawaban bermakna
|
|
Guru juga mempunyai
kesempatan untuk mengevaluasi kemajuan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
|
Guru juga mempunyai kesempatan untuk
mengevaluasi kemajuan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
“Guru memberi soal
untuk siswa berupa soal yang berbasis argumentasi”
|
Dampak
argumentasi
“Evidence”
Siswa
mengkaitkan antara pernyataan mereka dan didukung oleh teori dari literature
sehingga jelas hubungannya dan melihat apakah jawaban bermakna
|
Permasalahan :
1. Bagaimana menurut anda, apakah inovasi yang saya buat sudah dapat menimbulkan dampak yang saya maksud?
2. apakah model yang saya inovasikan sudah dapat diterapkan di kelas?
3. Berikan saran dan pendapat anda tentang inovasi sintaks model yang saya buat?
Menurut saya dampak yang ditimbulkan sebaiknya pilih salah satu saja dari argumentasi ataupun berpikir kritis karna di dalam argumentasi sendiri juga secara tersirat sudah ada dampak berfikir kritis dimana siswa menimbulkan claim, reasoning dan evidence. Pada aspek claim sendiri sudah memberikan penjelasan sederhana dan sudah mengidentifikasi masalah. Pada aspek Reasoning sudah membangun keterampilan dasar yakni mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi, pada evidence sendiri siswa sudah mengkaitkan hubungan antara Claim dan Reasoning ini sudah menimbulkan aspek membuat inferhensi yakni membuat kesimpulan. Jadi sebaiknya dipilih salah satu saja karena keduanya sama-sama menimbulkan berfikir kritis.
BalasHapusSependapat dengan rini bahwa dampak yang ditimbulkan sebaiknya pilih salah satu saja dari argumentasi ataupun berpikir kritis karna di dalam argumentasi sendiri juga secara tersirat sudah ada dampak berfikir kritis dimana siswa menimbulkan claim, reasoning dan evidence. Pada aspek claim sendiri sudah memberikan penjelasan sederhana dan sudah mengidentifikasi masalah. Pada aspek Reasoning sudah membangun keterampilan dasar yakni mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi, pada evidence sendiri siswa sudah mengkaitkan hubungan antara Claim dan Reasoning ini sudah menimbulkan aspek membuat inferhensi yakni membuat kesimpulan
Hapusbenar apa yang disampaikan oleh rini alfiah dan kak nelly, perlu dikhususkan tentang apa aspek yang ingin ditonjolkan. selain itu perlu lebih difokuskan tiap-tiap sintaks.
HapusSaya setuju dengan rini, sebaiknya dampak dipilih salah satu saja karena dalam beragumentasi siswa sudah melewati proses berfikir kritis. Setelah mereka berfikir maka mereka menuangkannya dalam bentuk argumentasi. Tapi saran saya jika memang esa ingin menerapkan dua-duanya, sebaiknya esa pilih kemampuan argumentasi saja, karena dapat mengamati aspek berfikir kritis juga didalam aspek kemampuan argumentasi. Namun kalau esa memilih berfikir kritis saja disini guru tidak bisa melihat cara siswa berargumentasi, karena dalam berargumentasi siswa membutuhkan kepercayaan diri yang tinggi serta kecapakan dalam berbicara dan wawasan yang luas.
BalasHapusmenurut saya inovasi sintaks yang dibuat memang sudah dapat menimbulkan dampak yang diharapkan dilihat dari kegitaan yang dilakukan guru dan siswa. namun sependapat dengan teman-teman dampak yang ditimbulkan sebaiknya pilih salah satu saja dari argumentasi ataupun berpikir kritis sehingga guru juga akan lebih fokus untuk meningkatkan kemampuan siswanya pada salah satu aspek dalam proses pembelajaran. salin itu juga saat siswa berargumentasi tentu secara tersirat sudah ada dampak berfikir kritis dimana siswa menimbulkan claim, reasoning dan evidence.
BalasHapussaya sependapat dengan fira, bahwa sebenarnya pada kemampuan berpikir kritis didalamnya sudah mencakup kemampuan berargumentasi sehingga seharusnya tidak perlu dipisah namun fokus saja pada kemampuan berpikir kritis, jika kemampuan berpikir kritis dimaksimalkan maka kemampuan berargumentasi sebenarnya akan secara otomatis muncul juga.
Hapussaya setuju dengan pendapat fira dan kk rini, pada dasarnya argumetasi itu dapat ditemukan baik dalam ranah berpikir kritis dan kreatif tinggal tergantung gurunya memposisikannya dimana letak siswa dapat berargumentasi
HapusSaya sependapat dengan teman teman. Guru harus memikirkan hal kedepan atau tujuan pencapaian dalam pembrlajaran. Melihat karakteristik materi itu shingga kemampuan apa yg bisa di terapkan dalam materi tersebut dengan menggunakan model 5E ini sehingga siswa dan guru menjadi lebih fokus untuk mengarah kepada tujuan pembelajaram tdi. Seperti yg di katakan kk fira dalam argumentasi siswa sudah pasti mampu dalam berpikir secara kritis. Dan juga mnurut saya kreatif lebih tinggi dari argumentasi dan kritis. Karena anak yang memiliki pemikiram kreatif maka dia mampu dalam brljar dn berani dalam mencoba hal yg baru. Jd intinya lebih baik kk ambil 1 dampak saja agar siswa dan guru lebih fokus
Hapusmenurut saya inovasi sintaks yang dibuat memang sudah dapat menimbulkan dampak yang diharapkan dilihat dari kegitaan yang dilakukan guru dan siswa. namun sependapat dengan teman-teman dampak yang ditimbulkan sebaiknya pilih salah satu saja.
HapusYanh sesuai dengan tujuan dari sintaks yg telah di buat .
Argumentasi dpt melibatkan berpikir kritis dan juga bepikir kreatif di dalamnya.
Menurut saya inovasi yang anda buat masih kurang baik, dimana pada tahapan-tahapan yangbsudah jelas ditahapan konvensional hanya anda perjelas di tahapan onovais sintaknya, dan juga setuju dengan pendapat teman2 di atas bahwa memang baiknya pilih salah satu fokus dampak yang anda harapkan muncul, atau jiga memang 2 fokus landasan nya harus jelas, kenapa harus menglombinasikan 2 kemampuan tersebut, mwnurut saya jika mengkombinasikan pun belum tentu semua komponen dari kemampuan masing2nya dapat digunakan
BalasHapussaya setuju dgn kk melda dimana Anda hanya menambahkan sintaks permodelan yg tidak terlalu terlihat bentuk inovasinya.
HapusMenurut pendapat saya inovasi sintaks yang dibuat oleh esa cukup baik namun saran saya sebaiknya pilih salah satu fokus dampak yang anda harapkan antara argumentasi ataupun berpikir kritis karena dalam beragumentasi siswa sudah melewati proses berfikir kritis
BalasHapusBagaimana menurut anda, apakah inovasi yang saya buat sudah dapat menimbulkan dampak yang saya maksud?
BalasHapusMenurut saya sudah dapat menimbulkan kemampuan argumentasi dan keterampilan berpikir kritis, karna saudari telah melakukan penyesuain/ penyocokan antara inovasi dan keterampilan tersebut