Presentasi Inovasi Sintak Model-Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan dampaknya terhadap kemampuan berfikir Kritis siswa
Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah berkaitan dengan pengunaan intelegensi dari dalam diri individu yang berada dalam sebuah kelompok orang, atau lingkungan untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan, dan kontekstual. Boud dan Feletti dalam Rusman (2011 : 230) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan. Dimana kurikulum Pembelajaran Berbasis Masalah sangat membantu untuk meningkatkan perkembangan ketrampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif.
Kekuatan masalah
Masalah dapat mendorong keseriusan, inquiry, dan berpikir dengan cara yang bermakna dan sangat kuat (powerful). Pendidikan memerlukan perespektif baru dalam menemukan berbagai permasalahan dan cara memandang suatu masalah. Berbagai trobosan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hasil dari adanya ketertarikan terhadap masalah. Pada umumnya pendidikan dimulai dari ketertarikan masalah, dilanjutkan dengan menentukan masalah, dan penggunaan berbagai dimensi berpikir.
Pedagogi
Dari segi padagogis, pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada teori belajar konstruktvisme dengan ciri:
- Pemahaman diperoleh dari interaksi dengan scenario permasalahan dan linkungan belajar.
- Pergulatan dengan masalah dan proses inquiry masalah menciptakan disonansi kognitif yang menstimulasi belajar.
- Pengetahuan terjadi melalui proses kolaborasi negosiasi social dan evaluasi terhadapa keberadaan sebuah sudut pandang.
Pengertian tentang model pembelajaran berbasis masalah
Berikut ini kami menyajikan beberapa pendapat tentang Model Pembelajan Berbasis Masalah: Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) adalah suatu pembelajaran yang di awali dengan menghadapkan siswa pada suatu masalah. (Roh,2003:1; James Rhem,1998:1 dalam http://jurnal.upi.edu 2011).
Menurut Richrad I Arends dalam jurnal (http://risqi.blog.com), Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan metode pembelajaran aktif yang digunakan untuk masalah terstruktur yang merupakan tanggapan dari hasil pembelajaran. Pada model pengajaran ini, digunakan untuk menyelesaikan masalah mempunyai struktur yang kompleks yang tidak cukup bila dikerjakan dengan algoritma yang sederhana. Pada Pembelajaran Berbasis Masalah ini, siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya sendiri. Pembelajaran Berbasis Masalah dirancang terutama untuk membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir, ketrampilan menyelesaikan masalah, dan ketrampilan intelektualnya, mempelajari peran-peran orang dewasa dengan mengalaminya melalui berbagai situasi riil atau situasi yang disimulasikan dan menjadi pelajar mandiri dan otonom.
Karakterisktik pembelajaran berbasis masalah
Karakterisktik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran menjadi strating point dalam belajar
b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur.
c. Permasalahan memebutuhkan persepektif ganda (multiple perspective),
d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhakn identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar,
e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama,
f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, pengunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam Pembelajaran Berbasis Masalah.
g. Belajar adalah kolaborasi, komunikasi dan kooperatif.
h. Pengembangan ketrampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan
i. Keterbukaan proses dalam Pembelajaran Berbasis Masalah meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar, dan
j. Pembelajran Berbasis Masalah meliputi evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.
Pembelajaran Berbasis Masalah tergantung dari tujuan yang ingin dicapai apakah berkaitan dengan: 1) penguasaan isi pengetahuan yang bersifat multidiscipline, 2) penguasaan ketrampilan proses dan disiplin heuristic, 3) belajar ketrampilan pemecahan masalah, 4) belajar ketrampilan kolaboratif, 5) belajar ketrampilan kehidupan yang lebih luas.
Ciri-ciri utama Problem-Based Learning
Ciri-ciri utama Problem-Based Learning adalah sebagai berikut.
1. Strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Keunggulan Problem-Based Learning
Keunggulan Problem-Based Learning Sebagai suatu strategi pembelajaran, strategi Problem-Based Learning memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
a. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
b. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa.
c. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
d. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
e. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
f. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
g. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
h. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
i. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa, pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada.
Kelemahan Problem-Based Learning
Di samping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran berbasis masalah juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya:
a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
b. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
Berpikir kritis merupakan proses mental untuk menganalisis informasi yang diperoleh. Informasi tersebut didapatkan melalui pengamatan, pengalaman, komunikasi, atau membaca. Berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan pendapat mereka sendiri. Berpikir kritis meliputi berpikir secara reflektif dan produktif serta mengevaluasi bukti.
Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
Menurut John Chaffe, berpikir kritis didefinisikan sebagai berpikir untuk menyelidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri. Maksudnya tidak hanya memikirkan dengan sengaja, tetapi juga meneliti bagaimana kita dan orang lain menggunakan bukti dan logika.
Menurut Dacey dan Kenny, pemikiran kritis adalah “The ability to think logically, to apply this logical thinking to the assessment of situations, and to make good judgments and decision”, yang berarti kemampuan berpikir secara logis, dan menerapkannya untuk menilai situasi dan membuat keputusan yang baik.
Menurut Gerhand berpikir kritis merupakan suatu proses kompleks yang melibatkan penerimaan dan penguasaan data, analisis data, evaluasi data dan mempertimbangkan aspek kualitatif dan kuantitatif, serta membuat seleksi atau membuat keputusan berdasarkan hasil evaluasi.
Menurut Seriven dan Paul berpikir kritis merupakan sebuah proses intelektual dengan melakukan pembuatan konsep, penerapan, melakukan sintesis, dan atau mengevaluasi informasi yang diperoleh dari observasi, pengalaman, refleksi, pemikiran atau komunikasi sebagai dasar untuk meyakini dan melakukan suatu tindakan.
Glazer mendefinisikan berpikir kritis matematika dari beberapa literasi. Menurutnya berpikir kritis matematika tidak didefinisikan secara eksplisit, berpikir kritis dapat dirujuk dari kombinasi pemecahan masalah, penalaran dan pembuktian matematika.
Berdasarkan pada beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir secara logis, reflektif, sistematis dan produktif yang diaplikasikan dalam menilai situasi untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang baik.
Karakteristik Berpikir Kritis
Berpikir kritis merupakan suatu bagian dari kecakapan praktis, yang dapat membantu seorang individu dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Oleh sebab itu kemampuan berpikir kritis ini mempunyai karakteristik tertentu yang dapat dilakukan dan dipahami oleh masing-masing individu.
Seifert dan Hoffnung menyebutkan beberapa komponen berpikir kritis, yaitu :
- Basic operations of reasoning. Untuk berpikir secara kritis, seseorang memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menggeneralisasi, menarik kesimpulan deduktif dan merumuskan langkah- langkah logis lainnya secara mental.
- Domain-specific knowledge. Dalam menghadapi suatu problem, seseorang harus mengetahui tentang topik atau kontennya. Untuk memecahkan suatu konflik pribadi, seseorang harus memiliki pengetahuan tentang person dan dengan siapa yang memiliki konflik tersebut.
- Metakognitive knowledge. Pemikiran kritis yang efektif mengharuskan seseorang untuk memonitor ketika ia mencoba untuk benar-benar memahami suatu ide, menyadari kapan ia memerlukan informasi baru dan mereka-reka bagaimana ia dapat dengan mudah mengumpulkan dan mempelajari informasi tersebut.
- Values, beliefs and dispositions. Berpikir secara kritis berarti melakukan penilaian secara fair dan objektif. Ini berarti ada semacam keyakinan diri bahwa pemikiran benar-benar mengarah pada solusi. Ini juga berarti ada semacam disposisi yang persisten dan reflektif ketika berpikir.
Manfaat Fungsi dan Tujuan Berpikir Kritis
Dengan demikian, manusia yang selalu mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya adalah manusia yang selalu mampu :
1. Mengangkat dan mengemukakan berbagai pertanyaan dan persoalan sangat penting dalam hidupnya, serta mampu merumuskan berbagai pertanyaan dan persoalan yang diangkat dengan jelas dan tepat;
2. Mengumpulkan dan menilai berbagai kesimpulan dan cara menyelesaikan masalah menggunakan langkah-langkah tepat dan efektif;
3. Tiba pada berbagai kesimpulan dan cara penyelesaian masalah yang masuk akal seraya terus mengujinya terhadap berbagai tolok ukur dan kriteria yang relevan;
4. Berpikir terbuka terhadap berbagai pandangan lainnya, seraya tiada henti mengenali dan menilai berbagai prasangka, dampak, dan akibat praktis, sejauh yang dibutuhkan;
5. Mampu mengkomunikasikan kepada orang lain mengenai berbagai cara penyelesaian yang telah dilakukannya terhadap banyak masalah kompleks dengan cara yang efektif.
Berpikir kritis merupakan proses mental untuk menganalisis informasi yang diperoleh. Informasi tersebut didapatkan melalui pengamatan, pengalaman, komunikasi, atau membaca. Berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan pendapat mereka sendiri. Berpikir kritis meliputi berpikir secara reflektif dan produktif serta mengevaluasi bukti.
Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
Menurut John Chaffe, berpikir kritis didefinisikan sebagai berpikir untuk menyelidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri. Maksudnya tidak hanya memikirkan dengan sengaja, tetapi juga meneliti bagaimana kita dan orang lain menggunakan bukti dan logika.
Menurut Dacey dan Kenny, pemikiran kritis adalah “The ability to think logically, to apply this logical thinking to the assessment of situations, and to make good judgments and decision”, yang berarti kemampuan berpikir secara logis, dan menerapkannya untuk menilai situasi dan membuat keputusan yang baik.
Menurut Gerhand berpikir kritis merupakan suatu proses kompleks yang melibatkan penerimaan dan penguasaan data, analisis data, evaluasi data dan mempertimbangkan aspek kualitatif dan kuantitatif, serta membuat seleksi atau membuat keputusan berdasarkan hasil evaluasi.
Menurut Seriven dan Paul berpikir kritis merupakan sebuah proses intelektual dengan melakukan pembuatan konsep, penerapan, melakukan sintesis, dan atau mengevaluasi informasi yang diperoleh dari observasi, pengalaman, refleksi, pemikiran atau komunikasi sebagai dasar untuk meyakini dan melakukan suatu tindakan.
Glazer mendefinisikan berpikir kritis matematika dari beberapa literasi. Menurutnya berpikir kritis matematika tidak didefinisikan secara eksplisit, berpikir kritis dapat dirujuk dari kombinasi pemecahan masalah, penalaran dan pembuktian matematika.
Berdasarkan pada beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir secara logis, reflektif, sistematis dan produktif yang diaplikasikan dalam menilai situasi untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang baik.
Karakteristik Berpikir Kritis
Berpikir kritis merupakan suatu bagian dari kecakapan praktis, yang dapat membantu seorang individu dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Oleh sebab itu kemampuan berpikir kritis ini mempunyai karakteristik tertentu yang dapat dilakukan dan dipahami oleh masing-masing individu.
Seifert dan Hoffnung menyebutkan beberapa komponen berpikir kritis, yaitu :
- Basic operations of reasoning. Untuk berpikir secara kritis, seseorang memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menggeneralisasi, menarik kesimpulan deduktif dan merumuskan langkah- langkah logis lainnya secara mental.
- Domain-specific knowledge. Dalam menghadapi suatu problem, seseorang harus mengetahui tentang topik atau kontennya. Untuk memecahkan suatu konflik pribadi, seseorang harus memiliki pengetahuan tentang person dan dengan siapa yang memiliki konflik tersebut.
- Metakognitive knowledge. Pemikiran kritis yang efektif mengharuskan seseorang untuk memonitor ketika ia mencoba untuk benar-benar memahami suatu ide, menyadari kapan ia memerlukan informasi baru dan mereka-reka bagaimana ia dapat dengan mudah mengumpulkan dan mempelajari informasi tersebut.
- Values, beliefs and dispositions. Berpikir secara kritis berarti melakukan penilaian secara fair dan objektif. Ini berarti ada semacam keyakinan diri bahwa pemikiran benar-benar mengarah pada solusi. Ini juga berarti ada semacam disposisi yang persisten dan reflektif ketika berpikir.
Manfaat Fungsi dan Tujuan Berpikir Kritis
Dengan demikian, manusia yang selalu mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya adalah manusia yang selalu mampu :
1. Mengangkat dan mengemukakan berbagai pertanyaan dan persoalan sangat penting dalam hidupnya, serta mampu merumuskan berbagai pertanyaan dan persoalan yang diangkat dengan jelas dan tepat;
2. Mengumpulkan dan menilai berbagai kesimpulan dan cara menyelesaikan masalah menggunakan langkah-langkah tepat dan efektif;
3. Tiba pada berbagai kesimpulan dan cara penyelesaian masalah yang masuk akal seraya terus mengujinya terhadap berbagai tolok ukur dan kriteria yang relevan;
4. Berpikir terbuka terhadap berbagai pandangan lainnya, seraya tiada henti mengenali dan menilai berbagai prasangka, dampak, dan akibat praktis, sejauh yang dibutuhkan;
5. Mampu mengkomunikasikan kepada orang lain mengenai berbagai cara penyelesaian yang telah dilakukannya terhadap banyak masalah kompleks dengan cara yang efektif.
Inovasi sintaks model pembelajaran berbasis masalah
Materi : Elektrokimia
Model yang digunakan : Problem-Based Learning (PBL)
NO
|
Model Konvensional
Model Problem-Based Learning (PBL)
|
Inovasi Sintaks Model Problem-Based Learning (PBL)
|
Dampak Berpikir Kritis
|
1
|
Orientasi masalah
|
Orientasi masalah
|
|
· Guru menginfomasikan
tujuan pembelajaran
|
· Guru menginfomasikan
tujuan pembelajaran
|
||
· Guru mengarahkan kepada
pertanyaan atau masalah
|
· Guru mengarahkan kepada
pertanyaan atau masalah
“Apakah kalian tau besi dari tempat duduk kalian itu ada lapisan
bagian luarnya?”
|
-
Mencari pernyataan yang jelas dari pertanyaan
|
|
· Guru mengarahkan
siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih
atau ditentukan oleh guru
|
· Guru mengarahkan
siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih
atau ditentukan oleh guru
“Lalu bagaimana cara melapisinya?”
|
-
Mampu mendeteksi bias berdasarkan pada
sudut pandang yang berbeda
(Mencari alternative)
|
|
2
|
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
|
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
|
|
· Guru menciptakan
lingkungan kelas yang memungkinkan pertukaran ide yang terbuka
|
· Guru menciptakan
lingkungan kelas yang memungkinkan pertukaran ide yang terbuka (berkelompok
yang terdisi dari 4-5 orang)
|
||
· Guru mengarahkan
siswa untuk merespon masalah yang diberikan oleh guru dengan mengekspresikan
ide – ide yang terbuka
|
· Guru mengarahkan
siswa untuk merespon masalah yang diberikan oleh guru dengan mengekspresikan
ide – ide yang terbuka
“menanyakan kembali untuk memancing siswa berbicara tentang
permasalahan utama”
|
-
Mampu mendeteksi bias berdasarkan pada
sudut pandang yang berbeda, Mencari alternative, Mencari alasan
|
|
· Guru mendorong
siswa untuk membaca literatur atu teori pendukung
|
· Guru mendorong
siswa untuk membaca literatur atu teori pendukung
Seperti dari internet google, youtube dan sumber lainnya tentang
proses pelapisan logam serta manfaat
|
-
Bersikap dan berpikir terbuka
|
|
· Guru membantu
siswa merumuskan hipotesis
|
· Guru membantu
siswa merumuskan hipotesis
“menampung semua pendapat/paparan siswa tetang masalah tsb”
|
-
Mampu merumuskan pokok-pokok permasalahan seperti
mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan
|
|
3
|
Membantu menyelidiki secara mandiri atau
kelompok
|
Mengembangkan dan menyajikan hasil
kerja
|
|
· Guru mengarahkan
siswa untuk merancang percobaan
|
· Guru mengarahkan
siswa mengidentifikasi data yang diperoleh
“mengoreksi jawaban-jawan siswa secara seksama yang dipaparkan
langsung”
|
-
Mampu mendeteksi bias berdasarkan pada
sudut pandang yang berbeda
|
|
· Guru mendorong
siswa bekerjasama dalam melakukan percobaan
|
· Guru membantu siswa
menghubungkan data yang diperoleh dengan teori yang ada
|
||
· Guru mengarahkan siswa
menggunakan alat dan bahan yang sesuai dengan LKS
|
|||
· Guru mengarahkan
siswa mengamati percobaan dengan teliti
|
|||
· Guru mengarahkan siswa
mencatat hasil pengamatan
|
|||
4
|
Mengembangkan dan menyajikan hasil
kerja
|
Membantu menyelidiki secara mandiri atau
kelompok
|
|
· Guru mengarahkan
siswa mengidentifikasi data yang diperoleh
|
- Guru
mengarahkan siswa untuk menyimak video pratikum yang telah disiapkan yaitu
tentang proses elektrolisis
Vidio barupa animasi yang telah dilengkapi dengan penjelasan
melalui teks dan audio.
|
Mampu mengungkap fakta yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan suatu masalah, Memperhatikan situasi dan kondisi secara
keseluruhan
|
|
· Guru membantu siswa
menghubungkan data yang diperoleh dengan teori yang ada
|
· Guru mengarahkan
siswa mengamati percobaan dengan teliti
|
||
· Guru membantu
siswa mengerjakan LKS
|
· Dari video tsb guru mengarahkan siswa mencatat
hasil pengamatan
|
||
· Guru mempersilahkan
siswa menyajikan hasil pengamatan
|
|||
5
|
Menganalisis dan mengevaluasi hasil
pemecahan masalah
|
Menganalisis dan mengevaluasi hasil
pemecahan masalah
|
|
· Guru membantu
siswa menyimpulkan hasil pemecahan masalah dengan benar dan didukung
literatur
|
· Guru membantu
siswa menyimpulkan hasil pemecahan masalah dengan benar dan didukung literature
|
||
· Guru memberikan
kesimpulan atas pemecahan masalah yang didapat
|
· Guru memberikan
kesimpulan atas pemecahan masalah yang didapat
|
||
· Guru menarahkan
siswa untuk memperhatikan penguatan darinya terhadap kesimpulan materi yang
telah dipelajari
|
· Guru menarahkan
siswa untuk memperhatikan penguatan darinya terhadap kesimpulan materi yang
telah dipelajari
“dengan menanyakan apa saja
contoh lain yang mungkin”
"memberikan soal-soal untuk dikerjakan siswa dirumah" |
Mampu mengungkap fakta yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu masalah
|
Permasalahan:
Berikan pendapat anda, bagaimana inovasi sintaks model yang saya buat? apakah inovasi tersebut benar-benar dapat menimbulkan berpikir kritis pada siswa? apakah model yang saya inovasikan ini merupakan model pembelajaran berbasis masalah yang cocok dengan karakteristik materi elektrokimia?
Menurut saya, sebaiknya esa menambahkan suatu percobaan praktikum agar permasalahan di awal dapat terjawab dengan baik karena adanya terjun langsung oleh siswa dalam mengamati dan memahami materi ini. Sebaiknya permasalahan yang ditimbulkan di atas pun lekat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari dan mampu diujicobakan dimana alatnya mudah untuk diperoleh
BalasHapussaya setuju dengan pendapat fanny, bahwa inovasi sintaks model yang dibuat oleh esa cukup bagus namun perlu ditambahkan pratikum agar dapat menimbulkan permasalahan sehingga siswa memahami materi tersebut dan alangkah lebih baiknya dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari.
Hapussependapat dengan teman-teman untuk materi elektrokimia ini pembukatian masalah akan lebih baik bila dilakukan dengan metode percobaan praktikum agar permasalahan di awal dapat terjawab dengan baik karena adanya terjun langsung oleh siswa dalam mengamati dan memahami materi ini.
HapusBagaimana jika waktu untuk pratikum tidak mendukung?
Hapussaya akan menjawab pertanyaan esa, apakah inovasi tersebut benar-benar dapat menimbulkan berpikir kritis pada siswa?
BalasHapusmenurut saya jika peran guru masih 40%(terlihat dari bantuan yang diberikan guru selama belajar hasil modifikasi) pada kegiatan belajar, maka kegiatan belajar tersebut belum bisa dikatakan dapat menimbulkan bahkan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, terutama pada saat ini (revolusi industri 4.0) siswa hendaknya berpikir secara mandiri, guru hanya berperan sebagai monitor yang mengawasi jalannya kegiatan agar tidak melenceng jauh, dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, jika siswa masih diberi bantuan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pun nantinya tidak akan optimal, jika memang masih ingin memberikan paduan/bantuan pada siswa sebaiknya melalui LKPD yang telah disusun oleh guru dengan baik dan benar.
alangkah leih baiknya demikian esa.
saya setuju dengan pendapat kk rini, jika peran guru masih 40%, ada kegiatan belajar, maka kegiatan belajar tersebut belum bisa dikatakan dapat menimbulkan bahkan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, terutama pada saat ini
Hapussependapat dengan kak rini dan kak tri bahwa peran guru masih 40%(terlihat dari bantuan yang diberikan guru selama belajar hasil modifikasi) pada kegiatan belajar, maka kegiatan belajar tersebut belum bisa dikatakan dapat menimbulkan bahkan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, terutama pada saat ini (revolusi industri 4.0) siswa hendaknya berpikir secara mandiri, guru hanya berperan sebagai monitor yang mengawasi jalannya kegiatan agar tidak melenceng jauh, dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
HapusLalu apakah inovasi yang saya buat masih 40%(terlihat dari bantuan yang diberikan guru selama belajar hasil modifikasi) pada kegiatan belajar?
Hapussaya kurang sependapat dengan saudari rini alfiah. menyatakan 40% bantuan grur masih diberikan, menurut saya hal ini mungkin masih diperlukan, kembali lagi ke kemampuan awal peserta didik dalam proses pembelajaran
Hapusmenurut saya, inovasi sintaks yg esa buat baik namun ada satu hal yg kurang yaitu perumusan masalah. sebelum guru mengajak siswa untuk berhipotesis akan lebih baik jika di ajak dlu untuk merumuskan apa masalahnya.
BalasHapusSaya sependapat dengan kk rina. Bahwa dalam sintaks PBL yang kk esa buat perlu di tambahkan lagi dalam perumusan masalahnya. Dam juga alangkah lebih baik jika siswa benar benar melakukan percobaan atau penyelidikan atas permasalahan yg di temukan mereka td dam menjawab hipotesis yg siswa buat shingga nntinya akan nampak kemampuan siswa dalam berpikir kritis.
HapusApakah perumusan masalah yang saya pancing dengan pertanyaan belum cukup?
HapusSebaiknya biar siswa yang menyimpulkan pertanyaan nya dan memikirkan nya agar memicu siswa dalam berpikir kritis dan juga kreatif.
HapusMenurut saya semua model bisa meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, berpikir kreatif dan memecahkan masalah, tergantung fokus kita ingin meningkatkan kemampuan berpikir siswa yang mana, sejauh ini menurut saya pbl dan berpikir kritis
BalasHapusSaya sependapat dengan kak Melda, yaitu "semua model bisa meningkatkan kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif dan memecahkan masalah, tergantung fokus kita ingin meningkatkan kemampuan berpikir siswa yang mana", dalam hal ini model PBL yg saudari buat secara teori sudh mengarah dapat menimbulkan kemampuan berpikir kritis siswa.
BalasHapus