PROSES PEMBELAJARAN ABAD 21
Pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran yang mempersiapkan generasi
abad 21 dimana kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang
berkembang begitu cepat memiliki pengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan
termasuk pada proses belajar mengajar. Salah satu contoh kemajuan Teknologi
Informasi dan Komunikasi memiliki pengaruh terhadap proses pembelajaran ialah
peserta didik diberi kesempatan dan dituntut untuk mampu mengembangkan
kecakapannya dalam menguasai teknologi informasi dan komunikasi – khususnya
komputer, sehingga peserta didik memiliki kemampuan dalam menggunakan teknologi
pada proses pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai kecakapan berpikir dan
belajar peserta didik.
Selain itu, sistem pembelajaran abad 21
merupakan suatu peralihan pembelajaran dimana kurikulum yang dikembangkan saat
ini menuntut sekolah untuk merubah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
pendidik (teacher-centered learning)menjadi
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-centered learning). Hal ini sesuai dengan
tuntutan dunia masa depan dimana peserta didik harus memiliki kecakapan
berpikir dan belajar. Kecakapan-kecakapan tersebut diantaranya adalah kecakapan
memecahkan masalah (problem solving), berpikir kritis, kolaborasi, dan
kecakapan berkomunikasi. Semua kecakapan ini bisa dimiliki oleh peserta didik
apabila pendidik mampu mengembangkan rencana pembelajaran yang berisi
kegiatan-kegiatan yang menantang peserta didik untuk berpikir kritis dalam
memecahkan masalah. Kegiatan yang mendorong peserta didik untuk bekerja sama
dan berkomunikasi harus tampak dalam setiap rencana pembelajaran yang
dibuatnya.
Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
berbeda dengan pembelajaran yang berpusat pada pendidik, berikut karakter
pembelajaran abad 21 yang sering disebut sebagai 4 C, yaitu:
·
Communication (Komunikasi)
Pada karakter ini, peserta didik dituntut untuk memahami, mengelola, dan
menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan,
tulisan, dan multimedia. Peserta didik diberikan kesempatan menggunakan
kemampuannya untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat berdiskusi
dengan teman-temannya maupun ketika menyelesaikan masalah yang diberikan oleh
pendidik.
·
Collaboration (Kerjasama)
Pada karakter ini, peserta didik menunjukkan kemampuannya dalam
kerjasama berkelompok dan kepemimpinan; beradaptasi dalam berbagai peran dan
tanggungjawab; bekerja secara produktif dengan yang lain; menempatkan empati
pada tempatnya; menghormati perspektif berbeda. Peserta didik juga menjalankan
tanggungjawab pribadi dan fleksibitas secara pribadi, pada tempat kerja, dan
hubungan masyarakat; menetapkan dan mencapai standar dan tujuan yang tinggi untuk
diri sendiri dan orang lain.
·
Critical Thinking and Problem Solving (Berpikir Kritis dan
Pemecahan Masalah)
Pada karakter ini, peserta didik berusaha untuk memberikan penalaran
yang masuk akal dalam memahami dan membuat pilihan yang rumit; memahami interkoneksi
antara sistem. Peserta didik juga menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk
berusaha menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan mandiri, peserta
didik juga memiliki kemampuan untuk menyusun, mengungkapkan, menganalisa, dan
menyelesaikan masalah.
·
Creativity and Innovation (Daya cipta dan Inovasi)
Pada karakter ini, peserta didik memiliki kemampuan untuk mengembangkan,
melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain; bersikap
terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.
Selain peralihan sistem pembelajaran, pada
abad ini pun terjadi pergeseran tujuan pendidikan dimana pada abad ke 19 yang
dikenal sebagai era industri, penyelenggaraan pendidikan bertujuan untuk
mempersiapkan orang dalam dunia sederhana, statis/linier, dan predictable (dapat diramalkan). Peserta didik
diharapkan dapat melakukan kegiatan-kegiatan dengan perilaku yang rutin. Dampak
dari pola pendidikan ini adalah kemampuan output yang standar sehingga
kecakapan yang dimiliki merupakan kecakapan standar.
Sehingga pada abad 21 saat ini yang bisa
disebut sebagai era pengetahuan, maka tujuan pendidikannya pun adalah:
1) mempersiapkan orang dalam dunia pasang surut, dinamis, unpredictable (tidak bisa diramalkan),
2) perilaku yang kreatif,
3) membebaskan kecerdasan individu yang unik, serta
4) menghasilkan inovator.
Dengan demikian, model sekolah pada
abad ini mengharapkan pendidikan dapat menjadikan individu-individu yang
mandiri, sebagai pelajar yang mandiri.
Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut,
maka aspek lain yang tidak kalah penting yaitu assessment atau
penilaian. Pendidik harus mampu merancang sistem penilaian yang bersifat
kontinu artinya penilaian dilakukan sejak peserta didik mulai melakukan
kegiatan, sedang dan setelah selesai melaksanakan kegiatannya. Penilaian
bisa diberikan diantara peserta didik sebagai feedback, oleh pendidik dengan rubrik yang telah
disiapkan atau berdasarkan kinerja serta produk yang mereka hasilkan.
Seiring berubahnya sistem pendekatan
pembelajaran dan bergesernya tujuan pendidikan, memasuki abad 21 tugas dan
peranan pendidik memiliki pengaruh dalam proses pembelajaran. Pada abad ini
diperlukan individu-individu yang menguasai keterampilan-keterampilan, yang
meliputi:cerdas intelektual, cerdas vocational, cerdas emosional, cerdas moral,
dan cerdas spiritual. Oleh karena itu tantangan pendidik adalah menjadikan
peserta didik di sekolah saat ini menjadi individu cerdas yang mandiri, unggul,
dan tangguh yang mampu bertahan di abad 21. Sehingga inovasi dalam bidang
pendidikan sangat diperlukan. Inovasi tersebut dapat diawali dengan mengubah
paradigma mengenai pendidikan itu sendiri ke arah yang lebih baik.
Selanjutnya bergantung pada kualitas pendidik sebagai pemeran utama. Dalam hal
ini pendidik memiliki peran yang sangat vital dan fundamental dalam membimbing,
mengarahkan, dan mendidik peserta didik dalam proses pembelajaran (Davies
dan Ellison, 1992).
Pendidik berperan sangat penting (Fuad
Hasan), karena sebaik apa pun kurikulum dan sistem pendidikan yang ada, tanpa
didukung mutu pendidik yang memenuhi syarat maka semuanya akan sia-sia.
Sebaliknya, dengan pendidik yang bermutu maka kurikulum dan sistem yang tidak
baik akan tertopang. Keberadaan pendidik bahkan tak tergantikan oleh siapapun
atau apapun sekalipun dengan teknologi canggih. Alat dan media pendidikan,
sarana prasarana, multimedia dan teknologi hanyalah media atau alat yang hanya
digunakan sebagai rekan dalam proses pembelajaran.
Oleh karena itu, pendidik dan tenaga
kependidikan perlu memiliki kualifikasi yang dipersyaratkan, kompetensi yang
terstandar serta mampu mendukung dan menyelenggarakan pendidikan secara
profesional. Khususnya guru sangat menetukan kualitas output dan outcome yang
dihasilkan oleh sekolah karena dialah yang merencanakan pembelajaran,
menjalankan rencana pembelajaran yang telah dibuat sekaligus menilai
pembelajaran yang telah dilakukan (Baker&Popham,2005:28).
Selain itu, menurut Nasution (2005:77) bahwa
pendidik merupakan orang yang paling bertanggung jawab untuk menyediakan
lingkungan yang paling serasi agar terjadi proses belajar yang efektif. Dengan
demikian, apabila pedidik melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan baik maka
output yang dihasilkan akan baik. Sebaliknya, apabila pendidik tidak
menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik maka output yang dihasilkan tidak
akan berkualitas.
Hal senada juga dikemukakan oleh Yulianto
(2006:1), pendidik merupakan salah satu faktor kunci yang ikut menentukan arah
kualitas pendidikan. Peran pendidik tidak bisa dihilangkan begitu saja. Apalagi,
pendidik bukan semata-mata hanya mengajar tetapi dia juga mendidik. Sebagai
pengajar, pendidik tidak hanya berperan dalam menyampaikan ilmu tapi juga
berkewajiban melakukan evaluasi, mengelola kelas, mengembangkan perangkat
pembelajaran dll.
Selain itu, Samani (1996) mengemukakan empat
prasyarat agar seorang pendidik dapat profesional. Masing-masing adalah
kemampuan pendidik mengolah/menyiasati kurikulum, kemampuan pendidik mengaitkan
materi kurikulum dengan Iingkungan, kemampuan pendidik memotivasi siswa untuk
belajar sendiri dan kemampuan pendidik untuk mengintegrasikan berbagai bidang
studi/mata pelajaran menjadi kesatuan konsep yang utuh.
Selanjutnya menurut Djojonegoro (1996)
pendidik yang bermutu paling tidak memiliki empat kriteria utama, yaitu
kemampuan profesional, upaya profesional, waktu yang dicurahkan untuk kegiatan
profesional dan kesesuaian antara keahlian dan pekerjaannya. Kemampuan
profesional meliputi kemampuan intelegensi, sikap dan prestasi kerjanya. Upaya
profesional adalah upaya seorang pendidik untuk mentransformasikan kemampuan
profesional yang dimilikinya ke dalam tindakan mendidik dan mengajar secara
nyata. Waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional menunjukkan
intensitas waktu dari seorang pendidik yang dikonsentrasikan untuk tugas-tugas
profesinya. Pendidik yang bermutu ialah mereka yang dapat membelajarkan siswa
secara tuntas, benar dan berhasil. Untuk itu pendidik harus menguasai
keahliannya, baik dalam disiplin ilmu pengetahuan maupun metodologi
mengajarnya.
5
Strategi Pembelajaran Abad 21 Yang Perlu Diketahui Para Guru
Strategi pembelajaran
abad 21 menekankan kepada kemampuan siswa untuk berfikir kritis, mampu
menghubungkan ilmu dengan dunia nyata, menguasai teknologi informasi komunikasi
dan berkolaborasi. Pencapaian keterampilan tersebut dapat dicapai dengan
penerapan metode pembelajaran yang sesuai dari sisi penguasaan materi dan
keterampilan. Di era millenial saat ini, pembelajaran yang dibutuhkan adalah
pembelajaran yang bersifat kontekstual, dimana materi pengetahuan berhubungan
dengan dunia nyata serta dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Model
Pembelajaran Abad 21 Tingkatan Inkuiri
Colbum
(2000) mengemukakan ada empat tingkatan inkuiiri, yaitu inkuiri terstruktur (structure inquiry), inkuiri terbimbing (guided inquiry), inkuiru terbuka. (open inquiry), dan siklus belajar (learning cycle).
Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Pembelajaran berbasis masalah (PBL) merupakan sebuah model pembelajaran
yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk
belajar. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada
rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada
peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang
berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan.
Ada lima startegi
dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL), yaitu :
§
Permasalahan sebagai kajian
§
Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman
§
Permasalahan sebagai contoh
§
Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
proses dan
§
Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik
Pembelajaran
Abad 21 Discovery Learning
Strategi Discovery learning adalah teori belajar yang
didefinikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak
disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan
mengorganisasi sendiri.
Sebagai
strategi belajar, discovery learning mempunyai prinsip yang sama
dengan inkuiri (inquiry) dan problem solving. Tidak ada
perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada strategi Discovery Learning lebih menekankan pada
ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya
dengan discovery adalah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada
peserta didik semacam masalah yang direkayasa guru. Sedangkan pada inkuiri
masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga peserta didik harus mengerahkan
seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam
masalah itu melalui proses penelitian, sedangkan problem solving lebih memberi
tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah.
Baca Juga
Artikel Menarik Lainnya
Model
Pembelajaran Abad 21 Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Pembelajaran
berbasis proyek (Project Based Learning) adalah model
pembelajaran yang menggunakan project/kegiatan sebagai proses pembelajaran
untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan.
Di banyak
negara maju, pembelajaran berbasis proyek telah banyak diterapkan. Akan tetapi,
untuk menjaga kualitas pembelajaran model dimodifikasi dan disesuaikan dengan
kondisi negara/daerah. Di Australia model pembelajaran berbasis proyek disebut
dengan rich task.
Prinsip Pembelajaran
Abad 21 Berbasis Proyek adalah :
§
Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melibatkan
tugas-tugas pada kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran.
§
Tugas Proyek menekankan pada kegiatan penelitian
berdasarkan suatu tema atau topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran.
§
Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan
menghasilkan produk nyata yang telah di analisis dan dikembangkan berdasarkan
tema/topik yang telah di analisis dan dikembangkan berdasarkan tema/topik yang
disusun dalam bentuk produk(laporan atau hasil karya).
Tony Wagner dalam bukunya
The Global Achievement Gap (2000) menyebutkan tujuh keterampilan yang harus
dimiliki oleh para peserta didik di abad 21, yaitu:
1. Critical Thinking and Problem Solving
2. Collaboration across Networks and Leading by Influence
3. Agility and Adaptability
4. Initiative and Entrepreneurialism
5. Effective Oral and Written Communication
6. Accessing and Analyzing Information
7. Curiosity and Imagination
1. Critical Thinking and Problem Solving
2. Collaboration across Networks and Leading by Influence
3. Agility and Adaptability
4. Initiative and Entrepreneurialism
5. Effective Oral and Written Communication
6. Accessing and Analyzing Information
7. Curiosity and Imagination
Keterampilan-keterampilan
ini dinilai penting untuk dikuasai oleh anak untuk dapat hidup lebih baik di
abad 21. Keterampilan ini dikaitkan dengan kondisi IPTEK, lingkungan
(geografis, sosial, budaya, ekonomi), dan semakin ketatnya persaingan antar
orang sedunia. Berdasarkan keterampilan yang harus dimiliki anak, pendidikan
diarahkan supaya peserta didik dapat menguasai berbagai keterampilan yang
dibutuhkan tersebut. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendidikan
diselenggarakan supaya peserta didik mampu hidup di masa depan.
Cara/teknik pembelajaran yang digunakan untuk
memfasilitasi pembelajaran abad 21 ini meliputi:
1) pembelajaran yang berpusat pada peserta didik,
2) multi interaksi dalam proses pendidikan,
3) lingkungan belajar yang lebih luas,
4) peserta didik aktif menyelidiki dalam proses belajar,
5) apa yang dipelajari kontekstual dengan anak,
6) pembelajaran berbasis tim,
7) objek yang dipelajari relevan dengan kebutuhan anak,
8) semua indera anak didayagunakan dalam proses belajar,
9) menggunakan multimedia (khususnya ICT),
10) hubungan guru dengan siswa adalah kerjasama untuk belajar bersama,
11) peserta didik belajar sesuai dengan kebutuhan individual, sehingga layanan pembelajaran lebih individual juga,
12) kesadaran jamak (bukan individual),
13) multi displin,
14) otonomi dan kepercayaan,
15) mengembangkan pemikiran kreatif dan kritis,
16) guru dan siswa sama-sama saling belajar.
1) pembelajaran yang berpusat pada peserta didik,
2) multi interaksi dalam proses pendidikan,
3) lingkungan belajar yang lebih luas,
4) peserta didik aktif menyelidiki dalam proses belajar,
5) apa yang dipelajari kontekstual dengan anak,
6) pembelajaran berbasis tim,
7) objek yang dipelajari relevan dengan kebutuhan anak,
8) semua indera anak didayagunakan dalam proses belajar,
9) menggunakan multimedia (khususnya ICT),
10) hubungan guru dengan siswa adalah kerjasama untuk belajar bersama,
11) peserta didik belajar sesuai dengan kebutuhan individual, sehingga layanan pembelajaran lebih individual juga,
12) kesadaran jamak (bukan individual),
13) multi displin,
14) otonomi dan kepercayaan,
15) mengembangkan pemikiran kreatif dan kritis,
16) guru dan siswa sama-sama saling belajar.
Permasalahan :
1. pada pembelajaran abad 21 ini pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, bagaimana mendesain pembelajaran jika seorang guru tidak memiliki media pembelajaran?
2. Mengapa sebagai calon guru perlu memahami prinsip-prinsip dalam pembelajaran?
Menjawab permasalahan nomor satu, dimana guru sebaiknya mendesain pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan apabila tdak ada media pembelajaran sebaiknya guru mendesain pembelajaran yang bersumber dari sumber daya alam yang ada disektar untuk dijadikan media belajar
BalasHapussaya setuju dengan pendapat fanny yakni guru sebaiknya mendesain pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan apabila tdak ada media pembelajaran sebaiknya guru mendesain pembelajaran yang bersumber dari sumber daya alam yang ada disekitar untuk dijadikan media belajar. selain memanfaatkan sumber daya alam yang ada disekitar guru juga dapat menggunakan fenomena-fenomena yang terjadi dilingkungan sebagai contoh dalam mengaitkannnya dengan materi, misalnya, mengapa ikan yang diberi es dipasar lebih tidak mudah busuk dibandingkan dengan ikan yang tidak diberi es (materi laju reaksi) selain itu juga pada era revolusi 4.0 ini saya rasa setiap siswa masing-masingnya telahm memmiliki smartphone, kita bisa menggunakan itu menjadi sarana bagi siswa untuk dijadikan media belajar (siswa bisa ditugaskan googling dirumah dan mengumpulkan informasi yang terkait dengan materi/literasi) untuk kemudian didiskusikan bersama dikelas. jika ada siswa yang tidak memmiliki smartphone maka kita sbg guru dapat mensiasatinya dengan menugaskan secara berkelompok.
Hapussaya setuju dengan pendapat kak rifanny dan kak rini, walaupun tidak ada media pembelajaran kita dapat membuat media pembelajaran yang bersumber dari alam misalnya pada materi indikator asam basa kita bisa ambil dari alam atau lingkungan sekitar misalnya kunyit, kembang sepatu, kulit manggis dan lain sebagainya.
HapusSaya setuju dengan pendapat rifanny dan juga rini bahwa disinilah proses guru dalam mendesain pembelajaran di lihat kreatifitasnya dan inovasinya dalam membuat suatu desain dengan tuntutan kebutuhan yang ada.
HapusMedia bukan hanya bersumber dari tik tp bisa juga dari apa yang ada di sekitar kita untuk lebih di manfaatkan, dengan begitu siswa akan lebih bisa mengingat karena itu lebih dekat dengan mereka,,
Seperti yg di katakan saudari rini di atas bahwa menggunakan fenomena2 yg ada di sekitar jadi lebih cpt untuk diserap oleh peserta didik.
Guru harus peka dengan keadaan sekitar.
Bagaimana hal tersebut tidak terpikirkan oleh guru?
HapusMedia pembelajaran disini fungsinya adalah sebagai alat bantu atau alternativ jika guru ingin menjelaskan materi yg mungkin tidak bisa sebatas hanya menjelaskan saja tanpa menujukkan bentuk konkretnya langsung. Nah jika media pembelajaran tidak mendukung. Guru masih bisa untuk membawa suatu benda nyata yg ada kaitanny dengan materi pembelajaran terkhusus kimia yng kita sama sama tau bahwa materinya ada di sekitar kita. Contohnya saja kita bawakan larutan air gula, susu, dan campuran pasir dan air. Kmudian guru memerintahkan siswa untuk memecahkan masalah atas perbedaan dari ketiga contoh. Dan menghubungkannya dengan materi koloid misalnya. Maka proses pembelajaran akan berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yg kita harapkan. Jadi media pembelajran tidak harus ada setiap proses pembelajaran. Namun tingkat kreatif dan inovasi dari guru dan siswalah yang harus di olah terus menerus. Jadi keterbatasan tidak menghambat proses pembelajaran selagi guru terus berusaha dan mencari alternativ lain.
BalasHapusmenangapi permasalahan nomor 2 ini saya sependapat dengan dian yaitu Media pembelajaran disini fungsinya adalah sebagai alat bantu atau alternativ jika guru ingin menjelaskan materi yg mungkin tidak bisa sebatas hanya menjelaskan saja tanpa menujukkan bentuk konkretnya langsung dan jika media pembelajaran tidak mendukung. Guru masih bisa untuk membawa suatu benda nyata yg ada kaitanny dengan materi pembelajaran terkhusus kimia yng kita sama sama tau bahwa materinya ada di sekitar kita.
Hapussaya setuju dengan teman-teman sekalian bahwa pada dasarnya Media pembelajaran disini fungsinya adalah sebagai alat bantu atau alternativ jika guru ingin menjelaskan materi yg mungkin tidak bisa sebatas hanya menjelaskan saja tanpa menujukkan bentuk konkretnya langsung dan jika media pembelajaran tidak mendukung. Guru masih bisa untuk membawa suatu benda nyata yg ada kaitanny dengan materi pembelajaran terkhusus kimia yng kita sama sama tau bahwa materinya ada di sekitar kita.
Hapuspada pembelajaran abad 21 ini pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, bagaimana mendesain pembelajaran jika seorang guru tidak memiliki media pembelajaran?
BalasHapusmencoba menjawab pertanyaan pertama, dalam mendesain pembelajaran harus ada unsur komponen kurikulum didalamnya yang mana berisi tujuan, isi, metode/media, dan evaluasi. jika salah satu dari komponen kurikulum tsb tidak dapat dilaksanakan maka akan terjadi ketimpangan. seperti yang Anda tanyakan jika guru tidak memiliki media pembelajaran yang sesuai, guru dapat mencari atau menyediakan media pembelajaran yang relevan dengan materi yang diajarkan. atau guru dapat meminta siswa untuk mencari media belajar sederhana yang ada di alam.
Saya akan menjawab permasalhan yang kedua yaitu karna kita perlu memahami apa yang menjadi kebutuhan siswa, dan menyesuaikan dengan sarana dan prasarana disekolah dalam pelaksanaan pemb.
BalasHapusMenjawab permasalahan nomor pertama, seide dengan yang dikemukanan fani bahwa sebaiknya guru mendesain pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan apabila tidak tersedia media pembelajaran sebaiknya guru mendesain pembelajaran yang bersumber dari sumber daya alam yang ada disekitar sekolah / lingkungan yang dapat dijadikan sebagai media belajar
BalasHapussaya akan menjawab pertanyaan no.1 :
BalasHapuspada pembelajaran abad 21 ini pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, bagaimana mendesain pembelajaran jika seorang guru tidak memiliki media pembelajaran?
Menurut pendapat saya dalam mendesain pembelajaran harus ada unsur komponen kurikulum didalamnya yang mana berisi tujuan, isi, metode/media, dan evaluasi. sebaiknya mendesain pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan apabila tdak ada media pembelajaran sebaiknya guru mendesain pembelajaran yang bersumber dari sumber daya alam yang ada disekitar untuk dijadikan media belajar. selain memanfaatkan sumber daya alam yang ada disekitar guru juga dapat menggunakan fenomena-fenomena yang terjadi dilingkungan.
Mengapa sebagai calon guru perlu memahami prinsip-prinsip dalam pembelajaran?
BalasHapusOo y tentu perlu, prinsip itu merupakan bagian terpenting yang wajib diketahui para pengajar sehingga mereka bisa memahami lebih dalam prinsip tersebut dan seorang pengajar bisa membuat acuan yang tepat dalam pembelajarannya. Dengan begitu pembelajaran yang dilakukan akan jauh lebih efektif serta bisa mencapai target tujuan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai apa saja prinsip-prinsip pembelajaran tersebut, sebaiknya simak ulasan berikut :
• Prinsip motivasi dan perhatian
Dalam sebuah proses pembelajaran, di sini perhatian sangatlah berperan penting sebagai awalan dalam memicu kegiatan belajar. Sementara motivasi memiliki keterkaitan dengan minat siswa, sehingga mereka yang mempunyai minat tinggi terhadap mata pelajaran tertentu juga bisa menimbulkan motivasi yang lebih tinggi lagi dalam belajar.
• Prinsip keaktifan
Pada hakikatnya belajar itu merupakan proses aktif yang mana seseorang melakukan kegiatan untuk mengubah perilaku dan
pemikiran menjadi lebih baik.
• Prinsip berpengalaman atau keterlibatan secara langsung
Jadi prinsip ini erat kaitannya dengan prinsip aktivitas di mana masing-masing individu haruslah terlibat langsung untuk merasakan atau mengalaminya. Adapun sebenarnya di setiap kegiatan pembelajaran itu haruslah melibatkan diri kita secara langsung.
• Prinsip pengulangan
prinsip pengulangan di sini memang sangatlah penting yang mana teori yang bisa kita jadikan petunjuk dapat kita cermati dari dalil yang di kemukakan Edward L Thorndike mengenai law of learning.
• Prinsip tantangan
Penerapan bahan belajar yang kita kemas dengan lebih menantang seperti halnya mengandung permasalahan yang harus dipecahkan, maka para siswa pun juga akan tertantang untuk terus mempelajarinya.
• Prinsip penguat dan balikan
Kita tahu bahwa seorang siswa akan lebih semangat jika mereka mengetahui serta mendapatkan nilai yang baik. Terlebih lagi jika hasil yang didapat sangat memuaskan sehingga itu bisa menjadi titik balik yang akan sangat berpengaruh untuk kelanjutannya.
• Prinsip perbedaan individual
Proses belajar masing-masing individu memang tidaklah sama baik secara fisik maupun psikis. Untuk itulah di dalam proses pembelajaran mengandung penerapan bahwa masing-masing siswa haruslah dibantu agar lebih memahami kelemahan serta kekuatan yang ada pada dirinya dan kemudian bisa mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing.
Jadi itulah beberapa prinsip-prinsip pembelajaran yang patut anda ketahui, sehingga kita juga bisa lebih memahami arti dari proses pembelajaran itu sendiri.
guru bisa memanfaatkan media pembelajaran apapun asalkan mampu memberiakan dampak positif dalam pembelajaran. tidak hanya media yang berbasis teknologi. media dari alam pun bisa digunakan asalkan bisa mempermudah proses pembelajaran.
BalasHapusbagaimana pembelajaran abad 21 bisa diterapkan dalam masa pandemi seprti ini
BalasHapusWah pinter tenan, wis pokoke setuju, josss
BalasHapusSedikit Berbagi pendapat. penting bagi pendidik memahami prinsip-prinsip pembelajaran abad 21, karena perubahan yang terjadi begitu cepat harus disikapi dengan cepat pula. Pendidik adalah subjek yang dinamis yang dapat mengendalikan proses pembelajaran maka segala perangkat yang digunakan untuk mencapai kompetensi menjadi keharusan. apa saja perangkatnya?
BalasHapusDalam dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di abad ke-21, telah memberi
BalasHapusdampak signifikan terhadap berbagai aspek konstelasi kehidupan tak terkecuali pendidikan.
Hal ini berimplikasi pula terhadap pembelajaran yang tidak hanya berdasarkan pada
pengembangan potensi peserta didik, melainkan juga perlu diorientasikan dalam
mempersiapkan peserta didik dengan kompetensi abad ke-21, baik keterampilan berpikir kritis,
kreatif, komunikasi dan kolaborasi.Namun demikian, hingga saat ini tidak sedikit guru yang
masih merasa kesulitan dalam melakukan kegiatan pembelajaran tersebut.
PERTANYAANNYA
Analisislah beberapa faktor penyebabnya? dan Berikan beberapa solusi terhadap
permasalahan tersebut.
Thanks you atas sebuah materi sangat membantu dan gampang di pahami untuk belajar
BalasHapusKlik here :
terimakasih