KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM TERKINI
Kurikulum merupakan alat
dalam proses pendidikan. Tanpa kurikulum, proses pendidikan tidak mungkin
terjadi. Dalam kurikulum, terangkum pola pengajaran yang menentukan arah proses
belajar- mengajar. Juga tentang bagaimana membantu murid dalam mengembangkan potensinya
baik fisik, intelektual, moral, maupun sosial budayanya. Jadi semua kegiatan
atau usaha-usaha untuk tercapainya tujuan pendidikan telah tergambar dalam
kurikulum. Oleh sebab itu, maka kurikulum merupakan bagian penting untuk
terlaksananya pendidikan karena kegiatan pendidikan akan berpangkal padanya.
Kurikulum
2013 merupakan kurikulum terkini yang merupakan pengganti kurikulum KTSP.
Perubahan dan pengembangan kurikulum merupakan persoalan yang sangat penting,
karena kurikulum harus senantiasa disesuaikan dengan tuntutan zaman. Perlunya
perubahan dan pengembangan kurikulum 2013 karena adanya beberapa kelemahan yang
ditemukan dalam KTSP 2006 sebagai berikut:
1. Isi
dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat, yang ditunjukan dengan banyaknya
mata pelajaran dan banyaknya materi yang keleluasaan dan kesukarannya melampaui
perkembangan usia anak.
2. Kompetensi
yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek pengetahuan, belum sepenuhnya
menggambarkan pribadi peserta didik (pengetahuan, keterampilan dan sikap).
3. Berbagai
kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan masyarakat, seperti
pendidikan karakter, kesadaran lingkungan, pendekatan dan metode pembelajaran
konstruktifisik, keseimbangan “soft skill” dan “hard skill”, serta jiwa kewirausahaan,
belum terakomodasi di dalam kurikulum.
4. Kurikulum
belum peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan sosial yang terjadi pada
tingkat lokal, nasional, maupun global.
5. Standar
proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran secara rinci
sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada
pembelajaran yang berpusat pada guru.
6. Penilaian
belum menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi, serta belum tegas
memberikan layanan remediasi dan pengayaan secara berkala.
Konsep Kurikulum
Ada
tiga konsep tentang kurikulum,kurikulum sebagai substansi, sebagai system,dan
sebagai bidang studi. Konsep pertama,kurikulum sebagai
substansi,suatu kurikulum dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan
belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang
ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada dokumen yang berisi
rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan
evaluasi. Konsep kedua,adalah kurikulum sebagai suatu system, yaitu
suatu system kurikulum. System kurikulum merupakan bagian dari system
persekolahan, system pendidikan, bahkan system masyarakat. Suatu system
kurikulum mencakup system personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara
menyusun suatu kurikulum,melaksanakan, mengevaluasi, dan
menyempurnakannya. Konsep ketiga,kurikulumm sebagain sebagai bidang
studi yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli
kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang
studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan system kurikulum. Mereka
yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar tentang
kurikulum.
Hubungan
Antara Kurikulum dan Pembelajaran
Kurikulum
dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, meski berada pada
posisi yang berbeda. Saylor menyatakan bahwa kurikulum dan pembelajaran
bagaikan romeo dan juliet. Jika kita berbicara mengenai Romeo, maka kita juga
akan berbicara masalah Juliet. Romeo tidak akan lengkap terasa tanpa juliet,
demikian pula sebaliknya. Artinya, pembelajaran tanpa kurikulum sebagai rencana
tidak akan efektif, atau bahkan bisa keluar dari tujuan yang telah dirumuskan.
Kurikulum tanpa pembelajaran, maka kurikulum tersebut tidak akan berguna.
Selain
itu, Olivia menyatakan bahwa kurikulum berkaitan dengan apa yang harus
diajarkan, sedangkan pengajaran mengacu pada bagaimana cara
mengajarkannya. Walaupun antara pembelajaran dengan pengajaran dalam hal
ini memiliki perbedaan, namun keduanya memiliki kesamaan tolak ukur dalam kasus
ini, yaitu bagaimana mengajarkan. Hanya saja pengajaran lebih terpusat pada guru
sebagai pengajar, sedangkan pembelarajaran menekankan pada penciptaan proses
belajar antara pengajar dengan pelajar agar terjadi aktivitas belajar dalam
diri pelajar.
Belajar
sebagai kegiatan inti dari pembelajaran memiliki arti modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Yang perlu digaris bawahi pada
kalimat tersebut adalah memperteguh kelakuan melalui pengalaman, ini
membuktikan bahwa belajar sebagai kegiatan inti pembelajaran dipengaruhi oleh
kurikulum yang notabenenya merupakan rancangan pengalaman belajar.
Persoalan
yang timbul selanjutnya adalah bagaimana menyusun kurikulum untuk kepentingan
pembelajaran agar dapat dilaksanakan dengan optimal. Hal ini berbenturan dengan
fakta bahwa kurikulum telah dirancang secara standar (standarized curriculum).
Ini berarti bahwa kurikulum yang sama digunakan digunakan pada setiap sekolah
yang notabenenya masing-masing sekolah tersebut memiliki masalah pelaksanaan
pembelajaran yang berbeda. Maka dari itu diperlukan pengembangan seperlunya
yang disesuaikan dengan kondisi disekolah. Hal ini bisa kita lihat pada
perincian RPP.
Peter
F. Olivia menggambarkan kemungkinan hubungan antara kurikulum dengan
pembelajaran sebagai berikut.
1. Model
dualistis, pada model ini, kurikulum dan pembelajaran berdiri sendiri. Kurikulum
yang seharusnya memjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran tidak tampak.
Begitu juga dengan pembelajaran yang seharusnya dapat dijadikan tolak ukur
pencapaian tujuan kurikulum tidak terjadi.
2. Model
berkaitan, dalam model ini, kurikulum dengan pembelajaran saling barkaitan.
Pada model ini, ada bagian kurikulum yang menjadi bagian dari pembelajaran,
begitu juga sebaliknya.
3. Model
konsentris, pada model ini, keduanya memiliki hubungan dengan kemungkinan bahwa
kurikulum adalah bagian dari pembelajaran atau pembelajaran adalah bagian dari
kurikulum.
4. Model
siklus, pada model ini, antara kurikulum dan pembelajaran di anggap dua hal
yang terpisah namun memiliki hubungan timbal balik. Di satu sisi, kurikulum
merupakan rencana tertulis sebagai panduan pelaksanaan pembelajaran, di sisi
lain pembelajaran mempengaruhi pada perancangan kurikulum selanjutnya.
Sehingga
dapat disimpulkan untuk mendapatkan proses pembelajaran yang baik dan berimbas
pada hasil yang diperoleh peserta didik pun baik maka penyusunan kurikulumnya
pun harus lah diperhatikan dengan baik pula, karena kurikulum sebagai pedoman
di dalam proses pembelajaran di sekolah, kurikulumlah yang mengatur guru, siswa
dan juga kepala sekolah. Sehigga jalannya proses pembelajaran tersebut sudah ada
yang mengatur supaya mengarah pada suatu pencapaian yang maksimal.
PANDUAN
PENYUSUNAN KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI
Landasan
Hukum:
- Undang-Undang No 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
- Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi No 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN Dikti)
ajarnya (silabus) untuk setiap mata kuliah. Sejumlah mata kuliah ini disusun kedalam semester-semester. Penyusunan mata kuliah ke dalam semester biasanya didasarkan pada struktur atau logika urutan sebuah IPTEKS dipelajari, berdasarkan urutan tingkat
kerumitan dan kesulitan ilmu yang dipelajari. Kurikulum semacam ini yang sering disebut kurikulum berbasis isi (content based curriculum). Dalam hal ini jarang dipertimbangkan apakah lulusannya nanti relevan dengan kebutuhan masyarakat
pemangku kepentingan (stakeholders) atau tidak. Alternatif penyusunan kurikulum yang berbasis pada kompetensi yang diusulkan, dimulai dengan langkah-langkah berikut :
x
Langkah
awal dalam Tahapan Penyusuanan Kurikulum yang harus
dilakukan adalah dengan melakukan analisis SWOT dan Tracer Study serta Labor
Market Signals, seperti tergambar dalam skema proses penyusunan kurikulum
dibawah ini.
Dalam
penyusunan kurikulum yang sering dilakukan setelah didapat hasil dari analisis
hal-hal tersebut adalah menentukan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan inilah
yang kemudian segera dijabarkan dalam mata kuliah yang kemudian dilengkapi
dengan bahan
1.
Penyusunan
profil lulusan, yaitu peran dan fungsi yang diharapkan dapat dijalankan
olehlulusan nantinya di masyarakat;
2.
penetapan
kompetensi lulusan berdasarkan profillulusan yang telah diancangkan tadi;
3.
Penentuan
Bahan Kajian yang terkait dengan bidang IPTEKS program studi;
4.
Penetapan
kedalaman dan keluasan kajian (sks) yang dilakukan dengan menganalisis hubungan
antara kompetensi dan bahan kajian yang diperlukan;
5.
Merangkai
berbagai bahan kajian tersebut kedalam mata kuliah;
6.
Menyusun
struktur kurikulum dengan cara mendistribusikan mata kuliah tersebut
dalamsemester;
7.
Mengembangkan
Rancangan Pembelajaran; dan secara simultan
8.
memilih
metode pembelajaran yang tepat untuk mencapai kompetensinya.
Pengembangan Kurikulum 2013
Kurikulum
2013 merupakan kurikulum terkini yang merupakan pengganti kurikulum KTSP.
Perubahan dan pengembangan kurikulum merupakan persoalan yang sangat penting,
karena kurikulum harus senantiasa disesuaikan dengan tuntutan zaman. Perlunya
perubahan dan pengembangan kurikulum 2013 karena adanya beberapa kelemahan yang
ditemukan dalam KTSP 2006 sebagai berikut:
1. Isi
dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat, yang ditunjukan dengan banyaknya
mata pelajaran dan banyaknya materi yang keleluasaan dan kesukarannya melampaui
perkembangan usia anak.
2. Kompetensi
yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek pengetahuan, belum sepenuhnya
menggambarkan pribadi peserta didik (pengetahuan, keterampilan dan sikap).
3. Berbagai
kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan masyarakat, seperti pendidikan
karakter, kesadaran lingkungan, pendekatan dan metode pembelajaran
konstruktifisik, keseimbangan “soft skill” dan “hard skill”, serta jiwa
kewirausahaan, belum terakomodasi di dalam kurikulum.
4. Kurikulum
belum peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan sosial yang terjadi pada
tingkat lokal, nasional, maupun global.
5. Standar
proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran secara rinci
sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada
pembelajaran yang berpusat pada guru.
6. Penilaian
belum menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi, serta belum tegas
memberikan layanan remediasi dan pengayaan secara berkala.
4C (Communication,
Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity
and Innovation).
Keterampilan abad 21 atau diistilahkan dengan 4C (Communication,
Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity
and Innovation). Inilah yang sesungguhnya ingin kita tuju dengan K-13,
bukan sekadar transfer materi. Tetapi pembentukan 4C. Sebenarnya kata ini tidak
terlalu baru untuk kita. Di berbagai kesempatan, kita sudah sering mendengar
beberapa pakar menjelaskan pentingnya penguasaan 4C sebagai sarana meraih
kesuksesan, khususnya di Abad 21, abad di mana dunia berkembang dengan sangat
cepat dan dinamis. Penguasaan keterampilan abad 21 sangat penting, 4 C adalah
jenis softskill yang pada implementasi keseharian,
jauh lebih bermanfaat ketimbang sekadar pengusaan hardskill. Higher
Order of Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir kritis,
logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Kurikulum 2013 juga menuntut materi pembelajarannya
sampai metakognitif yang mensyaratkan peserta didik mampu untuk memprediksi,
mendesain, dan memperkirakan. Sejalan dengan itu ranah dari HOTS yaitu analisis yang
merupakan kemampuan berpikir dalam menspesifikasi aspek-aspek/elemen dari
sebuah konteks tertentu; evaluasi merupakan kemampuan berpikir dalam mengambil keputusan
berdasarkan fakta/informasi; dan mengkreasi meruapakan kemampuan berpikir dalam membangun
gagasan/ide-ide. Sehingga di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
kita buat agar muncul empat macam hal tersebut (PPK, Literasi, 4C, dan HOTS)
maka perlu kreatifitas guru dalam meramunya. Maka tidak mungkin lagi
menggunakan model/metode/strategi/pendekatan yang berpusat kepada guru, namun
kita perlu mengaktifkan siswa dalam pembelajaran (Active Learning).
Khusus untuk PPK merupakan program yang rencananya akan disesuaikan dengan 5
hari belajar atau 8 jam sehari sedangkan untuk 2 hari merupakan pendidikan
keluarga.
Dari paparan diatas penulis memiliki pertanyaan diantaranya,
1. Bagaimana kecocokan penerapan 4C pada K13 pada sekolah yang memiliki latar belakang daerah tertinggal/terbelakang?
2. Apakah penambahan 4C pada K13 sesuai dengan perkembangan setiap usia anak didik?
3. mengapa pada kurikulum K13 yang telah direvisi ini mementingkan softskill dibandingkan hardskill? sedangkan pada K13 terdahulu ada ranah kognitif yang terakhir yaitu C6 dengan kata operasional yang digunakan salah satunya membuat, yang termasuk hardskill.
saya akan mencoba menjawab pertanyaan esa no. 2 yakni Apakah penambahan 4C pada K13 sesuai dengan perkembangan setiap usia anak didik?
BalasHapustentu saja pemerintah telah mempertimbangkan jenjang usia siswa dalam mengembangkan kurikulum. karena pada tiap jenjang usia thinking skillnya berbeda. dalam hal ini 4c yang kita bahas adalah 4c pada siswa yang berada ditingkat sekolah menengah
menanggapi permasalahn nomor 2 ini yaitu apakah penambahan 4C pada K13 sesuai dengan perkembangan setiap usia anak didik?
Hapussaya sependapat dengan kak rini dimana dalam pengembangan kurikulum ini tentunya telah mempertimbangkan jenjang usia siswa. tentunya juga tingakat tuntutan 4c pada siswa SD berbeda dengan siswa SMP dan berbeda pula dengan siswa SMA
saya setuju dengan pendapat kakak-kakak sekalian bahwa pengembangan kurikulum ini tentunya telah mempertimbangkan jenjang usia siswa. tentunya juga tingakat tuntutan 4c pada siswa SD berbeda dengan siswa SMP dan berbeda pula dengan siswa SMA
HapusBagaimana perbedaan penerapan 4C pada jenjang SD SMP dan SMA?
HapusPembelajaran Kehidupan terbagi menjadi dua yaitu pembelajaran formal dan pembelajaran informal. Pembelajaran formal dilakukan pada lembaga pendidikan mulai dari tingkat dasar, menengah, atas, dan perguruan tinggi, sedangkan pembelajaran informal dilakukan melalui lembaga kursus ataupun lembaga lainnya. Dua hal pembelajaran ini sering disebut dengan hardskill, keberhasilan hardskill tampak pada indeks prestasi yang diraih ataupun sertifikat yang didapat pada lembaga pendidikan keterampilan. Hardskillini merupakan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya. Contoh kemampuan hardskill adalah keterampilan teknis seperti keuangan, komputer, kualitas, atau keterampilan perakitan.
BalasHapusBagaimana dengan softskill ?, softskill adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skills) yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal. Softskill dapat dilihat dari pengalaman dalam berorganisasi, contoh softskill adalah pribadi dan perilaku interpersonal yang mengembangkan dan memaksimalkan kinerja manusia misalnya, pelatihan, pembentukan tim, memecahkan masalah dan pengambilan keputusan, inisiatif, memiliki integritas yang tinggi, loyalitas, tanggung jawab, mampu pengambilan resiko, jujur, teliti, antisipative, responsive, dan juga motive (achievement).
Jadii kenapa pada k13 mementingkan softskill dari pada hardskill.
Karena k13 lebih mementingkan nilai sikap yg paling utama. Dimana siswa harus mempunyai pribadi dan karakter siswa itu sndiri. Dan jga ingin mempersiapkan siswa lebih berani dalam turun ke lapangan pekerjaan. Jika sofskillnya udah baik jelas hardskillny jg baik. Begitu juga jaman skrng kita harus berkompetensi mengingat skrng sudah MEA. Jadi kita sendiri pun harus memiliki daya saing antar teman. Dan ini bisa di terapkan dari skrng yaitu dalam dunia pendidikan agar anak anak bangsa tidak tertinggal dengan negara tetangga. Maka itu. Pendidikan skrng lebih melihat softskill dri siswa tanpa melupakan hardskill nya.
saya akan mencoba menjawab permasalahan yang ketiga,
BalasHapusYang perlu diketahui bahwa kurikulum 2013 lebih mengutamakan dan fokus pada pembentukan dan pendidikan karakter siswa. Karakter siswa sangat mempengaruhi bagaiman softskill yang akan terbentuk, seperti kemampuan berkomunikasi, menyampaikan pendapat, berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah yang ditonjolkan dalam kurikulum 2013. diman nantinya siswa akan lebih siap untuk berkembang di lapangan kerja nanti. hardskill tetap tidak dihilangkan namun kebutuhan pada saat ini sesuai dengan perkembangan zaman dan pembentukan karakter siswa.
saya sependapat dengan kak melda bahwa kurikulum 2013 lebih mengutamakan dan fokus pada pembentukan dan pendidikan karakter siswa. Karakter siswa sangat mempengaruhi bagaiman softskill yang akan terbentuk, seperti kemampuan berkomunikasi, menyampaikan pendapat, berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah yang ditonjolkan dalam kurikulum 2013.
Hapussaya setuju dgn pendapat teman" diatas dimana Hard skill adalah penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan ketrampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya. dimana hard skills ini, sulit untuk tersampaikan jika softskillnya tumpul. Sedangkan soft skill adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (termasuk dengan dirinya sendiri) dengan Contoh dari keterampilan-keterampilan yang dimasukkan dalam kategori soft skills adalah integritas, inisiatif, motivasi, etika, kerja sama dalam tim, kepemimpinan, kemauan belajar, komitmen, mendengarkan, tangguh, fleksibel, komunikasi lisan, jujur, berargumen logis, dan lainnya. ketika softskill ini ada dalam diri siswa maka untuk mengasah hardskill pun tidak sulit.
BalasHapusTentunya segala kebijakan yang diciptakan pemerintah pasti sudah dikaji dengan sangat benar. Jadi untuk penerapan 4C disekolah yang tertinggal/terbelakang sangatlah bisa. Namun diperlukan kerja sama yang baik antara guru dan siswa. Dimana guru dengan baik menerangkan tujuan pembelajaran dan siswa pun mau mengikuti arahan yang diberikan guru. Guru pun perlu merumuskan RPP dengan mengandung komponen 4C (Komunikasi, Kolaborasi, Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah, Kreativ dan Inovasi). Sehingga nanti terciptalah pembelajaran di sekolah tertinggal yang menerapkan 4C
BalasHapusSaya akan menjawab pertanyaan 1 :
BalasHapusBagaimana kecocokan penerapan 4C pada K13 pada sekolah yang memiliki latar belakang daerah tertinggal/terbelakang?
Menurut pendapat saya :
Sangat penting penerapan 4C pada K13 pada sekolah yang memiliki latar belakang daerah tertinggal/terbelakang dan pemerintah sudah mengubah strateginya dengan mengeluarkan dokumen yang lebih operasional terkait pelaksanaan 4C di sekolah, di kelas, dan untuk setiap bidang studi. Konsep yang baik, tidak mudah diimplementasikan dengan baik, apalagi terkait dengan varian yang ada dalam sekolah, yang berbeda fasilitas, kualitas guru, kualitas kepemimpinan, dan juga kualitas informasi dan daya dukung. Konsep 4C sebenarnya dimiliki juga oleh model pembelajaran yang dinamai active learning. Bila active learning bisa dijabarkan dengan baik maka siswa akan dilengkapi dengan ketrampilan komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis dan pemecahan masalah, serta berpikir kreatif dan inovatif.
Yang perlu diketahui bahwa kurikulum 2013 lebih mengutamakan dan fokus pada pembentukan dan pendidikan karakter siswa. Karakter siswa sangat mempengaruhi bagaiman softskill yang akan terbentuk, seperti kemampuan berkomunikasi, menyampaikan pendapat, berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah yang ditonjolkan dalam kurikulum 2013. diman nantinya siswa akan lebih siap untuk berkembang di lapangan kerja nanti. hardskill tetap tidak dihilangkan namun kebutuhan pada saat ini sesuai dengan perkembangan zaman dan pembentukan karakter siswa.
BalasHapusSebagaimana pendapat Wiwid bahwa kurikulum 2013 lebih mengutamakan dan fokus pada pembentukan dan pendidikan karakter siswa. Karakter siswa sangat mempengaruhi bagaiman softskill yang akan terbentuk, seperti kemampuan berkomunikasi, menyampaikan pendapat, berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah yang ditonjolkan dalam kurikulum 2013. diman nantinya siswa akan lebih siap untuk berkembang di lapangan kerja nanti. hardskill tetap tidak dihilangkan namun kebutuhan pada saat ini sesuai dengan perkembangan zaman serata pembentukan karakter
HapusSaya sependapat dengan kak nelly, "bahwa kurikulum 2013 lebih mengutamakan dan fokus pada pembentukan dan pendidikan karakter siswa. Karakter siswa sangat mempengaruhi bagaiman softskill yang akan terbentuk, seperti kemampuan berkomunikasi, menyampaikan pendapat, berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah yang ditonjolkan dalam kurikulum 2013" semuanya ini diharapkan dapat tercapai dengsn baik,,,
BalasHapusbahwa kurikulum 2013 lebih mengutamakan dan fokus pada pembentukan dan pendidikan karakter siswa. penerapan kurikulum 2013 pada daerah tertinggal tentu akan berbeda dengan daerah di perkotaan yang sudah maju. namun pembelajaran dengan konsep 4C tetap bisa diterapkan dengan memanfaatkan apapun yang ada dilingkungan sekitar.
BalasHapus