KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM TERKINI

Kurikulum merupakan alat dalam proses pendidikan. Tanpa kurikulum, proses pendidikan tidak mungkin terjadi. Dalam kurikulum, terangkum pola pengajaran yang menentukan arah proses belajar- mengajar. Juga tentang bagaimana membantu murid dalam mengembangkan potensinya baik fisik, intelektual, moral, maupun sosial budayanya. Jadi semua kegiatan atau usaha-usaha untuk tercapainya tujuan pendidikan telah tergambar dalam kurikulum. Oleh sebab itu, maka kurikulum merupakan bagian penting untuk terlaksananya pendidikan karena kegiatan pendidikan akan berpangkal padanya.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terkini yang merupakan pengganti kurikulum KTSP. Perubahan dan pengembangan kurikulum merupakan persoalan yang sangat penting, karena kurikulum harus senantiasa disesuaikan dengan tuntutan zaman. Perlunya perubahan dan pengembangan kurikulum 2013 karena adanya beberapa kelemahan yang ditemukan dalam KTSP 2006 sebagai berikut:
1.    Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat, yang ditunjukan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi yang keleluasaan dan kesukarannya melampaui perkembangan usia anak.
2.    Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek pengetahuan, belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik (pengetahuan, keterampilan dan sikap).
3.    Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan masyarakat, seperti pendidikan karakter, kesadaran lingkungan, pendekatan dan metode pembelajaran konstruktifisik, keseimbangan “soft skill” dan “hard skill”, serta jiwa kewirausahaan, belum terakomodasi di dalam kurikulum.
4.    Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.
5.    Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran secara rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.
6.    Penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi, serta belum tegas memberikan layanan remediasi dan pengayaan secara berkala.

Konsep Kurikulum
Ada tiga konsep tentang kurikulum,kurikulum sebagai substansi, sebagai system,dan sebagai bidang studi. Konsep pertama,kurikulum sebagai substansi,suatu kurikulum dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Konsep kedua,adalah kurikulum sebagai suatu system, yaitu suatu system kurikulum. System kurikulum merupakan bagian dari system persekolahan, system pendidikan, bahkan system masyarakat. Suatu system kurikulum mencakup system personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum,melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Konsep ketiga,kurikulumm sebagain sebagai bidang studi yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan system kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum.

Hubungan Antara Kurikulum dan Pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, meski berada pada posisi yang berbeda. Saylor menyatakan bahwa kurikulum dan pembelajaran bagaikan romeo dan juliet. Jika kita berbicara mengenai Romeo, maka kita juga akan berbicara masalah Juliet. Romeo tidak akan lengkap terasa tanpa juliet, demikian pula sebaliknya. Artinya, pembelajaran tanpa kurikulum sebagai rencana tidak akan efektif, atau bahkan bisa keluar dari tujuan yang telah dirumuskan. Kurikulum tanpa pembelajaran, maka kurikulum tersebut tidak akan berguna.
Selain itu, Olivia menyatakan bahwa kurikulum berkaitan dengan apa yang harus diajarkan, sedangkan pengajaran mengacu pada bagaimana cara mengajarkannya. Walaupun antara pembelajaran dengan pengajaran dalam hal ini memiliki perbedaan, namun keduanya memiliki kesamaan tolak ukur dalam kasus ini, yaitu bagaimana mengajarkan. Hanya saja pengajaran lebih terpusat pada guru sebagai pengajar, sedangkan pembelarajaran menekankan pada penciptaan proses belajar antara pengajar dengan pelajar agar terjadi aktivitas belajar dalam diri pelajar.
Belajar sebagai kegiatan inti dari pembelajaran memiliki arti modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Yang perlu digaris bawahi pada kalimat tersebut adalah memperteguh kelakuan melalui pengalaman, ini membuktikan bahwa belajar sebagai kegiatan inti pembelajaran dipengaruhi oleh kurikulum yang notabenenya merupakan rancangan pengalaman belajar.
Persoalan yang timbul selanjutnya adalah bagaimana menyusun kurikulum untuk kepentingan pembelajaran agar dapat dilaksanakan dengan optimal. Hal ini berbenturan dengan fakta bahwa kurikulum telah dirancang secara standar (standarized curriculum). Ini berarti bahwa kurikulum yang sama digunakan digunakan pada setiap sekolah yang notabenenya masing-masing sekolah tersebut memiliki masalah pelaksanaan pembelajaran yang berbeda. Maka dari itu diperlukan pengembangan seperlunya yang disesuaikan dengan kondisi disekolah. Hal ini bisa kita lihat pada perincian RPP.
Peter F. Olivia menggambarkan kemungkinan hubungan antara kurikulum dengan pembelajaran sebagai berikut.
1.    Model dualistis, pada model ini, kurikulum dan pembelajaran berdiri sendiri. Kurikulum yang seharusnya memjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran tidak tampak. Begitu juga dengan pembelajaran yang seharusnya dapat dijadikan tolak ukur pencapaian tujuan kurikulum tidak terjadi.
2.      Model berkaitan, dalam model ini, kurikulum dengan pembelajaran saling barkaitan. Pada model ini, ada bagian kurikulum yang menjadi bagian dari pembelajaran, begitu juga sebaliknya.
3.      Model konsentris, pada model ini, keduanya memiliki hubungan dengan kemungkinan bahwa kurikulum adalah bagian dari pembelajaran atau pembelajaran adalah bagian dari kurikulum.
4.      Model siklus, pada model ini, antara kurikulum dan pembelajaran di anggap dua hal yang terpisah namun memiliki hubungan timbal balik. Di satu sisi, kurikulum merupakan rencana tertulis sebagai panduan pelaksanaan pembelajaran, di sisi lain pembelajaran mempengaruhi pada perancangan kurikulum selanjutnya.
Sehingga dapat disimpulkan untuk mendapatkan proses pembelajaran yang baik dan berimbas pada hasil yang diperoleh peserta didik pun baik maka penyusunan kurikulumnya pun harus lah diperhatikan dengan baik pula, karena kurikulum sebagai pedoman di dalam proses pembelajaran di sekolah, kurikulumlah yang mengatur guru, siswa dan juga kepala sekolah. Sehigga jalannya proses pembelajaran tersebut sudah ada yang mengatur supaya mengarah pada suatu pencapaian yang maksimal.

PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI
Landasan Hukum:
  1. Undang-Undang No 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
  1. Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi No 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN Dikti)
Tahapan Penyusunan Kurikulum
ajarnya (silabus) untuk setiap mata kuliah. Sejumlah mata kuliah ini disusun kedalam semester-semester. Penyusunan mata kuliah ke dalam semester biasanya didasarkan pada struktur atau logika urutan sebuah IPTEKS dipelajari, berdasarkan urutan tingkat
kerumitan dan kesulitan ilmu yang dipelajari. Kurikulum semacam ini yang sering disebut kurikulum berbasis isi (content based curriculum). Dalam hal ini jarang dipertimbangkan apakah lulusannya nanti relevan dengan kebutuhan masyarakat
pemangku kepentingan (stakeholders) atau tidak. Alternatif penyusunan kurikulum yang berbasis pada kompetensi yang diusulkan, dimulai dengan langkah-langkah berikut :
x
Langkah awal dalam  Tahapan Penyusuanan Kurikulum yang harus dilakukan adalah dengan melakukan analisis SWOT dan Tracer Study serta Labor Market Signals, seperti tergambar dalam skema proses penyusunan kurikulum dibawah ini.
Dalam penyusunan kurikulum yang sering dilakukan setelah didapat hasil dari analisis hal-hal tersebut adalah menentukan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan inilah yang kemudian segera dijabarkan dalam mata kuliah yang kemudian dilengkapi dengan bahan

1.      Penyusunan profil lulusan, yaitu peran dan fungsi yang diharapkan dapat dijalankan olehlulusan nantinya di masyarakat;
2.      penetapan kompetensi lulusan berdasarkan profillulusan yang telah diancangkan tadi;
3.      Penentuan Bahan Kajian yang terkait dengan bidang IPTEKS program studi;
4.      Penetapan kedalaman dan keluasan kajian (sks) yang dilakukan dengan menganalisis hubungan antara kompetensi dan bahan kajian yang diperlukan;
5.      Merangkai berbagai bahan kajian tersebut kedalam mata kuliah;
6.      Menyusun struktur kurikulum dengan cara mendistribusikan mata kuliah tersebut dalamsemester;
7.      Mengembangkan Rancangan Pembelajaran; dan secara simultan
8.      memilih metode pembelajaran yang tepat untuk mencapai kompetensinya.

Pengembangan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terkini yang merupakan pengganti kurikulum KTSP. Perubahan dan pengembangan kurikulum merupakan persoalan yang sangat penting, karena kurikulum harus senantiasa disesuaikan dengan tuntutan zaman. Perlunya perubahan dan pengembangan kurikulum 2013 karena adanya beberapa kelemahan yang ditemukan dalam KTSP 2006 sebagai berikut:
1.    Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat, yang ditunjukan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi yang keleluasaan dan kesukarannya melampaui perkembangan usia anak.
2.    Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek pengetahuan, belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik (pengetahuan, keterampilan dan sikap).
3.    Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan masyarakat, seperti pendidikan karakter, kesadaran lingkungan, pendekatan dan metode pembelajaran konstruktifisik, keseimbangan “soft skill” dan “hard skill”, serta jiwa kewirausahaan, belum terakomodasi di dalam kurikulum.
4.    Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.
5.    Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran secara rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.
6.    Penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi, serta belum tegas memberikan layanan remediasi dan pengayaan secara berkala.


4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation).
Keterampilan abad 21 atau diistilahkan dengan 4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation). Inilah yang sesungguhnya ingin kita tuju dengan K-13, bukan sekadar transfer materi. Tetapi pembentukan 4C. Sebenarnya kata ini tidak terlalu baru untuk kita. Di berbagai kesempatan, kita sudah sering mendengar beberapa pakar menjelaskan pentingnya penguasaan 4C sebagai sarana meraih kesuksesan, khususnya di Abad 21, abad di mana dunia berkembang dengan sangat cepat dan dinamis. Penguasaan keterampilan abad 21 sangat penting, 4 C adalah  jenis softskill yang pada implementasi keseharian, jauh lebih bermanfaat ketimbang sekadar pengusaan hardskill. Higher Order of Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kurikulum 2013 juga menuntut materi pembelajarannya sampai metakognitif yang mensyaratkan peserta didik mampu untuk memprediksi, mendesain, dan memperkirakan. Sejalan dengan itu ranah dari HOTS yaitu analisis yang merupakan kemampuan berpikir dalam menspesifikasi aspek-aspek/elemen dari sebuah konteks tertentu; evaluasi merupakan kemampuan berpikir dalam mengambil keputusan berdasarkan fakta/informasi; dan mengkreasi meruapakan kemampuan berpikir dalam membangun gagasan/ide-ide. Sehingga di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang kita buat agar muncul empat macam hal tersebut (PPK, Literasi, 4C, dan HOTS) maka perlu kreatifitas guru dalam meramunya. Maka tidak mungkin lagi menggunakan model/metode/strategi/pendekatan yang berpusat kepada guru, namun kita perlu mengaktifkan siswa dalam pembelajaran (Active Learning). Khusus untuk PPK merupakan program yang rencananya akan disesuaikan dengan 5 hari belajar atau 8 jam sehari sedangkan untuk 2 hari merupakan pendidikan keluarga.
Dari paparan diatas penulis memiliki pertanyaan diantaranya,
1. Bagaimana kecocokan penerapan 4C pada K13 pada sekolah yang memiliki latar belakang daerah tertinggal/terbelakang? 
2. Apakah penambahan 4C pada K13 sesuai dengan perkembangan setiap usia anak didik? 
3. mengapa pada kurikulum K13 yang telah direvisi ini mementingkan softskill dibandingkan hardskill? sedangkan pada K13 terdahulu ada ranah kognitif yang terakhir yaitu C6 dengan kata operasional yang digunakan salah satunya membuat, yang termasuk hardskill



Komentar

  1. saya akan mencoba menjawab pertanyaan esa no. 2 yakni Apakah penambahan 4C pada K13 sesuai dengan perkembangan setiap usia anak didik?
    tentu saja pemerintah telah mempertimbangkan jenjang usia siswa dalam mengembangkan kurikulum. karena pada tiap jenjang usia thinking skillnya berbeda. dalam hal ini 4c yang kita bahas adalah 4c pada siswa yang berada ditingkat sekolah menengah

    BalasHapus
    Balasan
    1. menanggapi permasalahn nomor 2 ini yaitu apakah penambahan 4C pada K13 sesuai dengan perkembangan setiap usia anak didik?
      saya sependapat dengan kak rini dimana dalam pengembangan kurikulum ini tentunya telah mempertimbangkan jenjang usia siswa. tentunya juga tingakat tuntutan 4c pada siswa SD berbeda dengan siswa SMP dan berbeda pula dengan siswa SMA

      Hapus
    2. saya setuju dengan pendapat kakak-kakak sekalian bahwa pengembangan kurikulum ini tentunya telah mempertimbangkan jenjang usia siswa. tentunya juga tingakat tuntutan 4c pada siswa SD berbeda dengan siswa SMP dan berbeda pula dengan siswa SMA

      Hapus
    3. Bagaimana perbedaan penerapan 4C pada jenjang SD SMP dan SMA?

      Hapus
  2. Pembelajaran Kehidupan terbagi menjadi dua yaitu pembelajaran formal dan pembelajaran informal. Pembelajaran formal dilakukan pada lembaga pendidikan mulai dari tingkat dasar, menengah, atas, dan perguruan tinggi, sedangkan pembelajaran informal dilakukan melalui lembaga kursus ataupun lembaga lainnya. Dua hal pembelajaran ini sering disebut dengan hardskill, keberhasilan hardskill tampak pada indeks prestasi yang diraih ataupun sertifikat yang didapat pada lembaga pendidikan keterampilan. Hardskillini merupakan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya. Contoh kemampuan hardskill adalah keterampilan teknis seperti keuangan, komputer, kualitas, atau keterampilan perakitan.

    Bagaimana dengan softskill ?, softskill adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skills) yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal. Softskill dapat dilihat dari pengalaman dalam berorganisasi, contoh softskill adalah pribadi dan perilaku interpersonal yang mengembangkan dan memaksimalkan kinerja manusia misalnya, pelatihan, pembentukan tim, memecahkan masalah dan pengambilan keputusan, inisiatif, memiliki integritas yang tinggi, loyalitas, tanggung jawab, mampu pengambilan resiko, jujur, teliti, antisipative, responsive, dan juga motive (achievement).
    Jadii kenapa pada k13 mementingkan softskill dari pada hardskill.
    Karena k13 lebih mementingkan nilai sikap yg paling utama. Dimana siswa harus mempunyai pribadi dan karakter siswa itu sndiri. Dan jga ingin mempersiapkan siswa lebih berani dalam turun ke lapangan pekerjaan. Jika sofskillnya udah baik jelas hardskillny jg baik. Begitu juga jaman skrng kita harus berkompetensi mengingat skrng sudah MEA. Jadi kita sendiri pun harus memiliki daya saing antar teman. Dan ini bisa di terapkan dari skrng yaitu dalam dunia pendidikan agar anak anak bangsa tidak tertinggal dengan negara tetangga. Maka itu. Pendidikan skrng lebih melihat softskill dri siswa tanpa melupakan hardskill nya.

    BalasHapus
  3. saya akan mencoba menjawab permasalahan yang ketiga,
    Yang perlu diketahui bahwa kurikulum 2013 lebih mengutamakan dan fokus pada pembentukan dan pendidikan karakter siswa. Karakter siswa sangat mempengaruhi bagaiman softskill yang akan terbentuk, seperti kemampuan berkomunikasi, menyampaikan pendapat, berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah yang ditonjolkan dalam kurikulum 2013. diman nantinya siswa akan lebih siap untuk berkembang di lapangan kerja nanti. hardskill tetap tidak dihilangkan namun kebutuhan pada saat ini sesuai dengan perkembangan zaman dan pembentukan karakter siswa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya sependapat dengan kak melda bahwa kurikulum 2013 lebih mengutamakan dan fokus pada pembentukan dan pendidikan karakter siswa. Karakter siswa sangat mempengaruhi bagaiman softskill yang akan terbentuk, seperti kemampuan berkomunikasi, menyampaikan pendapat, berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah yang ditonjolkan dalam kurikulum 2013.

      Hapus
  4. saya setuju dgn pendapat teman" diatas dimana Hard skill adalah penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan ketrampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya. dimana hard skills ini, sulit untuk tersampaikan jika softskillnya tumpul. Sedangkan soft skill adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (termasuk dengan dirinya sendiri) dengan Contoh dari keterampilan-keterampilan yang dimasukkan dalam kategori soft skills adalah integritas, inisiatif, motivasi, etika, kerja sama dalam tim, kepemimpinan, kemauan belajar, komitmen, mendengarkan, tangguh, fleksibel, komunikasi lisan, jujur, berargumen logis, dan lainnya. ketika softskill ini ada dalam diri siswa maka untuk mengasah hardskill pun tidak sulit.

    BalasHapus
  5. Tentunya segala kebijakan yang diciptakan pemerintah pasti sudah dikaji dengan sangat benar. Jadi untuk penerapan 4C disekolah yang tertinggal/terbelakang sangatlah bisa. Namun diperlukan kerja sama yang baik antara guru dan siswa. Dimana guru dengan baik menerangkan tujuan pembelajaran dan siswa pun mau mengikuti arahan yang diberikan guru. Guru pun perlu merumuskan RPP dengan mengandung komponen 4C (Komunikasi, Kolaborasi, Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah, Kreativ dan Inovasi). Sehingga nanti terciptalah pembelajaran di sekolah tertinggal yang menerapkan 4C

    BalasHapus
  6. Saya akan menjawab pertanyaan 1 :
    Bagaimana kecocokan penerapan 4C pada K13 pada sekolah yang memiliki latar belakang daerah tertinggal/terbelakang?
    Menurut pendapat saya :
    Sangat penting penerapan 4C pada K13 pada sekolah yang memiliki latar belakang daerah tertinggal/terbelakang dan pemerintah sudah mengubah strateginya dengan mengeluarkan dokumen yang lebih operasional terkait pelaksanaan 4C di sekolah, di kelas, dan untuk setiap bidang studi. Konsep yang baik, tidak mudah diimplementasikan dengan baik, apalagi terkait dengan varian yang ada dalam sekolah, yang berbeda fasilitas, kualitas guru, kualitas kepemimpinan, dan juga kualitas informasi dan daya dukung. Konsep 4C sebenarnya dimiliki juga oleh model pembelajaran yang dinamai active learning. Bila active learning bisa dijabarkan dengan baik maka siswa akan dilengkapi dengan ketrampilan komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis dan pemecahan masalah, serta berpikir kreatif dan inovatif.

    BalasHapus
  7. Yang perlu diketahui bahwa kurikulum 2013 lebih mengutamakan dan fokus pada pembentukan dan pendidikan karakter siswa. Karakter siswa sangat mempengaruhi bagaiman softskill yang akan terbentuk, seperti kemampuan berkomunikasi, menyampaikan pendapat, berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah yang ditonjolkan dalam kurikulum 2013. diman nantinya siswa akan lebih siap untuk berkembang di lapangan kerja nanti. hardskill tetap tidak dihilangkan namun kebutuhan pada saat ini sesuai dengan perkembangan zaman dan pembentukan karakter siswa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebagaimana pendapat Wiwid bahwa kurikulum 2013 lebih mengutamakan dan fokus pada pembentukan dan pendidikan karakter siswa. Karakter siswa sangat mempengaruhi bagaiman softskill yang akan terbentuk, seperti kemampuan berkomunikasi, menyampaikan pendapat, berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah yang ditonjolkan dalam kurikulum 2013. diman nantinya siswa akan lebih siap untuk berkembang di lapangan kerja nanti. hardskill tetap tidak dihilangkan namun kebutuhan pada saat ini sesuai dengan perkembangan zaman serata pembentukan karakter

      Hapus
  8. Saya sependapat dengan kak nelly, "bahwa kurikulum 2013 lebih mengutamakan dan fokus pada pembentukan dan pendidikan karakter siswa. Karakter siswa sangat mempengaruhi bagaiman softskill yang akan terbentuk, seperti kemampuan berkomunikasi, menyampaikan pendapat, berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah yang ditonjolkan dalam kurikulum 2013" semuanya ini diharapkan dapat tercapai dengsn baik,,,

    BalasHapus
  9. bahwa kurikulum 2013 lebih mengutamakan dan fokus pada pembentukan dan pendidikan karakter siswa. penerapan kurikulum 2013 pada daerah tertinggal tentu akan berbeda dengan daerah di perkotaan yang sudah maju. namun pembelajaran dengan konsep 4C tetap bisa diterapkan dengan memanfaatkan apapun yang ada dilingkungan sekitar.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Materi 7: Penyusunan Rubrik Penilaian Kreatifitas (Berpikir Kreatif)

Materi 6: Penyusunan Rubrik Penilaian Argumentasi

Materi 3 : How To Assess Higher Order Thinking Skills In Your Chemistry Class